Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Terkadang Kita Sangat Menginginkan Makanan Manis dan Asin?

Kompas.com - 17/07/2020, 22:10 WIB
Bestari Kumala Dewi

Editor

 

2. Kamu tidak menyadari bagaimana gula dan garam sangat adiktif

Mengapa kita menginginkan gula dan garam secara khusus? Yang pasti adalah karena rasanya yang enak.

Produsen melakukan penelitian untuk menentukan komponen makanan mana yang paling menggoda selera konsumen.

"Otak kita terhubung untuk menikmati hal-hal yang membuat kita bahagia," kata Jennifer Willoughby, RD, CSP, LD.

Gula, khususnya, melepaskan bahan kimia otak yang membuat kita merasa baik. Inilah yang kemudian membuat kita ingin mengalami perasaan yang baik itu berulang-ulang, hari demi hari.

"Banyak pasien saya mengatakan mereka adalah 'pecandu gula,' mengonsumsi gula asli dan pemanis buatan dalam berbagai bentuk," kata Kristin Kirkpatrick, MS, RD, LD.

Brigid Titgemeier, MS, RDN, LD, menambahkan, bahwa makanan dan minuman manis serta makanan asin sangat adiktif. Itu sebabnya banyak makanan olahan kaya rasa manis dan asin. Karena, mereka memicu pelepasan dopamin, zat kimia otak yang memotivasi kita untuk terlibat dalam perilaku yang bermanfaat.

Baca juga: 6 Cara Efektif Setop Hasrat Santap Makanan Manis

Memiliki lebih sedikit reseptor untuk dopamin dapat memicu makan berlebih. Satu studi menemukan, pada otak orang yang mengalami obesitas, ada lebih sedikit reseptor untuk dopamin.

Seiring waktu, toleransi kita terhadap makanan manis dan asin menumpuk, dan kita merasa perlu makan lebih banyak sebagai bentuk penghargaan untuk diri sendiri.

"Kita pada dasarnya memberi makan mulut kita," jelas Ms. Titgemeier. "Ini menciptakan lingkaran setan, karena mulut kita akan menginginkan apa yang selalu kita beri."

Pernah minum soda diet atau mencoba permen bebas gula untuk memuaskan keinginan makan manis tanpa menambah kalori?

"Banyak orang melakukannya, tetapi itu hanya menambah masalah," kata Ms. Kirkpatrick.

Studi demi studi menunjukkan, bahwa beralih ke minuman diet tidak memengaruhi penurunan berat badan.

Baca juga: Makanan Manis Bisa Memperbaiki Mood, Benarkah?

3. Tidak mendengarkan isyarat tubuh

Kecanduan makanan manis atau asin? Sebelum beraktifitas, periksa tingkat kelelahan tubuh.

"Penelitian menunjukkan bahwa ketika lelah, kita akan cenderung beralih ke apa pun yang kita inginkan untuk mendapatkan lebih banyak energi," kata Ms. Patton.

Ketika kamu menemukan diri makan camilan asin. Lain kali hal itu terjadi, perhatikan tingkat stres yang sedang kamu alami.

"Stres dapat merusak kemampuan kelenjar adrenalin untuk mengatur natrium, yang dapat menyebabkan tubuh mengidam garam," katanya.

“Pertimbangkan juga rasa haus. Beberapa penelitian menunjukkan, bahwa mengira dehidrasi karena kelaparan dapat memicu keinginan makan asin juga,” tambahnya.

Kemudian, jika kamu menderita diabetes, kemungkinan kamu akan merasa lebih lapar daripada orang lain. Tetapi rasa lapar yang berlebihan, bisa berarti gula darah terlalu tinggi atau terlalu rendah.

"Jika mendapati diri menginginkan permen, periksa gula darah terlebih dahulu," kata Dawn Noe, RD, LD, CDE.

"Jika lebih dari 200, cobalah berolahraga, minum banyak air, atau, jika dokter telah meresepkannya, maka gunakanlah insulin.”

"Jika gula darah kurang dari 70, makan 15 gram karbohidrat untuk meningkatkannya."

Memahami bahwa memaksa diri kelaparan dapat menjadi bumerang, bahwa gula dan garam dapat membuat ketagihan, dan bahwa tubuh mencoba memberi tahu tentang kondisi tubuh dapat membantu kita mengurangi hasrat mengonsumsi makanan dan menjalani pola makan yang lebih seimbang.

Baca juga: Kebanyakan Camilan Asin Bisa Bikin Gemuk

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com