Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/07/2020, 17:39 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

KOMPAS.com – Rasanya setiap orangtua pernah menghadapi perilaku anak yang seolah menguji kesabaran. Entah ketika anak merusak barang, tidak menurut perintah, atau melakukan “kenalakan” lain.

Reaksi kesal orangtua memang hal yang wajar. Namun, meledakkan kemarahan dengan membentak, berkata kasar, atau memberi hukuman fisik, dapat berdampak buruk bagi perkembangan anak.

Dalam sebuah survei terhadap orangtua yang memiliki anak berusia 0-24 bulan, terungkap bahwa semakin besar usia anak, makin sering orangtua menggunakan pendekatan hukuman untuk mendisiplinkan anaknya.

Misalnya saja dengan mengancam, berteriak marah, atau memberikan “time-out” (anak harus berdiam diri di satu tempat selama beberapa waktu).

Mendidik anak dengan kekerasan terbukti hanya menghasilkan gangguan perilaku pada anak.

Menurut psikolog Nadia Emanuella Gideon, M.Psi, kecenderungan orangtua dalam mengasuh hanya berfokus pada mengubah perilaku anak dan berusaha mengubahnya menjadi lebih baik.

“Pendekatan yang sering dipakai orangtua adalah perubahan perilaku anak. Padahal, seharusnya dicari tahu mengapa anak melakukan suatu perilaku,” kata Pendiri dan Direktur Jakarta Child Development Center (JCDC) ini dalam acara media diskusi yang diadakan secara virtual (17/7).

Baca juga: Kenali 4 Jenis Pola Asuh dan Efeknya pada Anak

Nadia mencontohkan salah satu kliennya, seorang ibu yang berkonsultasi karena anaknya sering memukul temannya. Ibu tersebut ingin agar anaknya menghentikan perilaku buruk itu dan menjadi lebih baik.

Menurut Nadia, seharusnya orangtua mencari tahu mengapa anaknya itu suka memukul, bukan langsung ingin mengubah perilakunya.

Ketika anak sedang tantrum kebanyakan orangtua juga menganggap anaknya sedang mencari perhatian, sehingga orangtua memberi konsekuensi dengan mengabaikan anak.

Dalam banyak kasus bisa jadi anak rewel dan tantrum karena merasa bosan, stres, sedang ingin ditemani, atau lapar. Akan tidak efektif kalau orangtua malah menghukum anak. Selain itu, anak pun malah akan stres.

Baca juga: 6 Cara Positif Memperbaiki Perilaku Buruk Anak

IlustrasiShutterstock Ilustrasi

“Pemberian hukuman merupakan cara pandang bahwa anak berperilaku negative karena punya tujuan. Cara ini tidak melihat cara berpikir atau proses berpikir seorang anak. Karena tidak paham sumber masalahnya, akhirnya orangtua memakai pendekatan yang salah,” ujar Nadia.

Pendekatan hukuman dan hadiah untuk anak juga berbahaya karena orangtua menggunakan motivasi dari luar diri anak.

“Nantinya anak akan patuh hanya kalau ada figure atau sosok yang ia takuti, atau anak termotivasi berperilaku baik karena ada iming-iming hadiah,” ujarnya.

Membangun koneksi yang hangat

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com