Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/07/2020, 08:24 WIB
Nabilla Tashandra,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Selain itu, ia juga menganjurkan membawa obat-obatan dan termometer digital setidaknya satu dalam kelompok atau lebih baik jika setiap orang membawa masing-masing.

"Itu akan membuat touring lebih nyaman dan percayalah di dalam perjalanan kita 'nembak' orang itu enggak membuat orang marah, semua paham karena kondisinya memang begini," tuturnya.

Baca juga: Jangan Salah Pilih, Kenali Dulu Berbagai Versi Sepeda Brompton

4. Menyiapkan SOP lengkap

Ketika memutuskan untuk tur luar kota, Nugroho mengingatkan agar kita memberlakukan prosedur standar operasional (SOP) di setiap tempat, mulai dari mengatur jarak antar-pesepeda, perilaku saat memasuki kawasan kerumunan, ketika masuk ke rumah makan, minimarket, hingga hotel tempat menginap.

Pastikan kita tetap menerapkan protokol Covid-19 secara ketat di setiap tempat yang kita kunjungi.

Di rumah makan, misalnya, jangan lupa menyemprotkan disinfektan ke seluruh permukaan yang akan disentuh, misalnya perlengkapan bersepeda, meja makan, bahkan menyemprotkan alkohol ke peralatan makan jika perlu.

"Intinya kita harus punya SOP untuk seluruh kegiatan kita selama touring," ungkapnya.

5. Melakukan rapid atau swab test

Sebelum pergi tur, Nugroho meminta rekan-rekannya yang berpartisipasi untuk menyerahkan hasil rapid test H-1 perjalanan agar semua yakin rekan-rekan seperjalanannya bebas dari ancaman Covid-19.

Aristi menambahkan, selain rapid test, pesepeda juga bisa memilih melakukan swab PCR terlebih dahulu.

Baca juga: Mulai Hari Ini, PT KAI Sediakan Layanan Rapid Test di 12 Stasiun Seharga Rp 85.000

Meski begitu, ia tetap menekankan pentingnya agar kita mengetahui lama masa inkubasi Covid-19 yang berkisar antara empat hari hingga dua minggu.

Dengan demikian, orang yang dinyatakan non-reaktif dalam tes bisa saja merupakan OTG dan memasuki masa inkubasinya ketika menjalani touring.

"Pas rapid hasil non-reaktif, tapi saat touring sudah masuk masa inkubasi, dia bisa menjadi OTG dalam perjalanan. Pada saat dia jadi OTG, dia ada dalam rombongan touring."

"Itu baru satu orang dan itu bisa kejadian di beberapa orang mengingat OTG sangat banyak. Gejala tidak akan muncul walaupun virus ada di dalam tubuh," ujarnya.

OTG tersebut tetap memiliki kemungkinan menularkan virus pada rekan seperjalanannya, apalagi jika ada rekan seperjalanan yang imunitasnya sedang turun.

"Jadi saat sekarang, kalau saya masih terus menekankan sebisa mungkin tetap di rumah jika tidak terlalu penting untuk keluar," kata Aristi.

Nah, bagaimana dengan Anda, apakah masih berkeinginan pergi tur dengan segala risiko yang ada? Jika ya, jangan lupa memberlakukan protokol keamanan dan kebersihan yang ketat, seperti disampaikan di atas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com