Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/07/2020, 18:32 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com – Imunisasi merupakan hak anak dan menjadi pencegahan primer terhadap penyakit infeksi yang bisa menyebabkan komplikasi berat, bahkan kematian. Itu sebabnya orangtua diminta tetap melengkapi imunisasi anak meski saat pandemi.

Cakupan imunisasi lengkap di Indonesia saat ini berada di angka 12 persen. Selama pandemi Covid-19, data program imunisasi nasional menunjukkan penurunan cakupan imunisasi, seperti vaksin MMR yang turun 13 persen antara Januari sampai Maret 2020, jika dibandingkan dengan tahun lalu.

“Jangan tunda memberikan vaksin ke anak, justru selama pandemi imunisasi bisa membantu meningkatkan daya tahan tubuh anak,” kata Prof.Dr.Hartono Gunadi, Sp.A (K), dalam peluncuran gerakan #LengkapiVaksinasiAnak yang diadakan oleh MSD, Yayasan Bersatu Sehatkan Indonesia, dan PrimaKu, Senin (27/7).

Ia menjelaskan, penurunan cakupan imunisasi bakal berimbas pada turunnya kekebalan komunitas dan berpotensi meretas jalan menuju wabah lain pada masa depan.

Baca juga: Amankah Imunisasi Anak di Masa Pandemi? Berikut Penjelasan Dokter

Karena itu, program imunisasi disarankan terus dijalankan dengan tetap menjalankan protokol kesehatan. Imunisasi tak boleh dihentikan sekalipun tengah terjadi wabah. Jika dihentikan, kejadian luar biasa penyakit lain yang juga mematikan bisa mengancam.

Selain kekhawatiran orangtua untuk membawa anaknya ke fasilitas kesehatan untuk divaksin, ada berbagai faktor yang menjadi penyebab rendahnya cakupan imunisasi di Indonesia.

“Faktor tersebut misalnya rendahnya pemahaman orangtua akan manfaat vaksin, takut akan efek sampingnya, ada hoax dan miss-informasi, serta sekarang pandemic. Cakupan imunisasi makin lama makin turun,” kata Ketua Yayasan Bersatu Sehatkan Indonesia, dr.Meta Melvina.

Ia menambahkan, imunisasi anak seharusnya sudah lengkap sebelum mereka masuk usia sekolah.

“Karena anak akan sekolah, bersosialisasi dan bergaul dengan anak lain. Tentu mereka tidak akan selamanya di rumah saja kan,” kata Meta.

Perawat mengukur panjang tubuh badan bayi di ruang perawat poli anak di RSIA Tambak, Jakarta Pusat, Senin (22/6/2020). Dokter Poli Anak di RSIA Tambak berinisiatif menggunakan APD lengkap bertema khusus untuk memberikan kenyamanan kepada anak-anak yang menjalani pemeriksaan juga guna mengantisipasi penularan COVID-19.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Perawat mengukur panjang tubuh badan bayi di ruang perawat poli anak di RSIA Tambak, Jakarta Pusat, Senin (22/6/2020). Dokter Poli Anak di RSIA Tambak berinisiatif menggunakan APD lengkap bertema khusus untuk memberikan kenyamanan kepada anak-anak yang menjalani pemeriksaan juga guna mengantisipasi penularan COVID-19.

Protokol kesehatan

Meski di tengah pandemi, anak tetap bisa mendapatkan vaksinasi di rumah sakit atau klinik. Saat ini juga terdapat beberapa fasilitas kesehatan yang menawarkan program imunisasi di rumah atau layanan drive-thru.

Menurut Hartono, orangtua bisa memberikan vaksin sekaligus pada anak dengan jadwal pemberian yang sama.

“Selama pandemi, boleh saja beberapa vaksin digabung supaya efisien,” katanya.

Selain itu, pemberian vaksin yang jadwalnya terlambat tidak perlu diulang dari awal, namun tetap dilanjutkan.

“Tidak ada vaksin yang berbahaya kalau kelebihan. Lebih aman jika diberikan ulang kalau orangtua lupa apakah anaknya sudah divaksin atau belum,” katanya.

Baca juga: Imunisasi Tertunda Akibat Pandemi, Ini Saran IDAI

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com