Respon yang melepaskan stres dari menangis didahului oleh peningkatan aktivitas sistem saraf parasimpatis (jaringan yang terhubung ke dalam simpul saraf yang dapat didistribusikan ke seluruh tubuh).
Artinya, menangis adalah kegiatan yang membantu kita rileks, kata Bylsma.
Baca juga: Ayah Menangis Itu Sah-sah Saja karena...
Air mata atau tangisan emosional memiliki susunan kimia yang unik. Konsentrasi prolaktin, mangan, serotonin, kortisol, dan adrenalin terdeteksi pada tangisan emosional, yang sebagian berperan dalam pengaturan suasana hati dan stres.
"Jika air mata emosional memiliki lebih banyak hormon-hormon tersebut daripada yang lain, itu bisa saja menjadi tanda bahwa seseorang mengalami penyebab stres emosional," tambahnya.
Menangis juga dapat bermanfaat jika diatur dalam kelompok, dan Jepang telah mempraktikkannya.
Di beberapa daerah di negara itu, ada "klub menangis" yang disebut "rui-katsu" (pencarian air mata), di mana orang-orang berpartisipasi dalam tangisan.
"Menangis dalam kelompok di mana orang-orang menerimanya dengan wajar, membuat seseorang lebih mudah melakukannya," kata Sideroff.
Menyesuaikan dengan situasi
Karena pria belajar "menjadi sekuat baja" agar terkesan jantan, mereka menghadapi stigma lebih besar terkait mengeluarkan air mata.
Pria yang bisa menahan keinginannya untuk menangis, dianggap lebih kuat, bisa mandiri, dan bisa memutuskan sesuatu tanpa emosi, kata Sideroff.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.