Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/07/2020, 07:25 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

Sumber SCMP

KOMPAS.com – Media sosial dipenuhi dengan video cara-cara membuat tie-dye atau motif ikat celup untuk busana santai. Pencarian kata tie-dye pun meningkat tajam di Google dan Pinterest.

Tak mau ketinggalan, beberapa jenama fesyen pun ikut mengeluarkan koleksi dengan motif ini. Tidak hanya dalam busana, motif ini juga dipakai untuk masker dan berbagai aksesoris.

Motif tie-dye atau teknik pewarnaan yang dilakukan dengan cara dicelupkan memang menjadi tren di 2020. Walau begitu motif ini sebenarnya sudah populer sejak akhir tahun 1960-an dan kini datang kembali.

Pengamat fesyen mengatakan, populernya motif ikat celup ini tak lepas dari masa karantina selama pandemi Covid-19. Banyak orang bosan berdiam diri di rumah dan mulai mencari proyek untuk dikerjakan di rumah.

Beberapa selebriti juga membagikan foto mereka melakukan kreasi celup warna di rumah.

Baca juga: Menengok Tren Busana Muslim, dari Polosan ke Tie Dye

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

#diytiedye ????????????

A post shared by Katie Holmes (@katieholmes212) on May 3, 2020 at 12:13pm PDT

“Nostalgia fesyen bisa dipakai sebagai bentuk pelarian karena konsumen menghadapi berbagai isu global seperti pandemi, resesi, dan kerusuhan sipil,” kata analis pasar bidang ritel, Kayla Marci.

Di tahun 1970-an, ketika tren motif tie-dye mulai muncul, dunia mengalami pergeseran di bidang politik dan budaya, yang kondisinya mirip dengan saat ini.

"Menurutku, orang-orang mencari rasa kebebasan, dan motif ikat-clup mewakili perasaan ini," ujar CEO merek athleisure Onzie, Kimberly Swarth.

" Motif ikat-celup mengembalikan perasaan dari periode bentuk bebas 'hippy' revolusioner dalam sejarah. Melalui motif ini, orang dapat memancarkan perasaan itu," lanjut dia.

Baca juga: Nike Air Max 97 Bergaya Tie-Dye dengan Sentuhan Chicago

Senior vice president merchandise dan desain merk Chico, Kelly Cooper, mengatakan motif ini telah menonjol selama 37 tahun terakhir di dunia fesyen.

“Dari catwalk ke barang-barang dekorasi di rumah, tak diragukan lagi motif ini harus dimiliki di musim panas. Dengan adanya pandemi dan konsumen menghabiskan lebih banyak waktu di rumah, fesyen nostalgia kembali populer pada produk yang memberi kenyamanan,” kata Cooper.

Meski motif ikat celup identik dengan musim panas, namun Marci meyakini tren ini akan terus berlanjut, terutama untuk busana olahraga dan streetwear.

“Motif ini sering muncul tak terikat pada musim. Warna yang lebih gelap juga bisa diterapkan pada koleksi musim dingin,” katanya.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber SCMP
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com