Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Gally Rangga, Pengusaha Sukses yang Pernah Tidur di Jalan

Kompas.com - 29/07/2020, 16:00 WIB
Reni Susanti,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gally Rangga dikenal sebagai pengusaha sepatu yang melahirkan tiga brand sepatu lokal terkenal, Wayout, Exodos57, dan GR Company.

Karya-karyanya diminati banyak kalangan, mulai dari seniman hingga Presiden.

Bukan hanya Indonesia, tapi konsumen mancanegara, seperti Singapura, Jepang, Kanada, Brazil, hingga Amerika Serikat juga memburu kreasi Gally.

Meski kini terlihat amat sukses dengan usahanya, namun semua pencapaian itu tidak didapat dengan mudah.

Baca juga: Dibuat Terbatas, Sepatu Peta Indonesia Exodos 57 Langsung Sold Out

Kepada Kompas.com di kafe miliknya, di Jalan Banteng Bandung, Gally mengisahkan perjalanan hidupnya, sebelum meraih kesuksesan.

Kerusuhan Poso

Cerita ini bermula di tahun 2000. Saat itu, kerusuhan besar meletus di Poso, setelah tahun-tahun sebelumnya, rangkaian konflik muncul di sana.

Suasana yang menyeramkan. Suhu politik yang panas, perang saudara, kerusuhan, kekhawatiran, menjadi pemandangan sehari-hari di kota itu.

Salah satu orang yang merasakan situasi ini adalah Gally Rangga. Saat itu, ia masih berusia 17 tahun. Bahkan, belum lulus dari bangku SMA.

“Saat situasi genting-gentingnya (kerusuhan Poso) gue memutuskan pergi dari sana untuk menyelamatkan diri,” ujar Gally mengenang masa lalu.

Ia meninggalkan kampung dan sekolahnya seorang diri. Ia pergi ke Bandung, kemudian sementara waktu menumpang di rumah saudaranya.

Baca juga: Cerita Exodos57, Sepatu Lokal yang Bikin Presiden Jokowi Kepincut...

Ternyata, hidup di kota tidaklah mudah. Untuk menyambung hidup, siang hari ia mengamen di bus Damri ekonomi dan malamnya menjadi tukang parkir.

Ngamen di bus. Dari halte ke halte. Kalau malam iseng jadi tukang parkir di Jalan Merdeka, pernah juga markir di Blok M Jakarta."

"Tidur juga di halte, dimana saja, yang penting bisa tidur,” ucap dia.

Di tengah kerasnya hidup di jalanan, ia tetap melanjutkan sekolahnya. Ia mengikuti ujian persamaan SMA di Gelanggang Generasi Muda (GGM) Bandung.

Ia belajar, berteman, aktif di GGM, hingga bisa tinggal di sana. Gally pun tergabung dalam Kelompok Penyanyi Jalanan (KPJ).

Tanpa sadar, Gally mencintai jalanan, menyukai kehidupan kaum marjinal. Ia belajar banyak hal dari kerasnya hidup di jalanan.

Baca juga: Sepatu Bandung FTW Exodos57 Ajak Biker Tampil Stylish

“Di jalanan itu harus pintar. Kalau bodoh, kamu akan tertindas,” tutur dia.

Sepatu

Hingga suatu hari, pria kelahiran 14 Agustus 1982 ini merasa ingin berbuat lebih dari apa yang dilakukannya, dan menjadi berkat buat banyak orang.

Ia sempat berjualan kaus, dan kemudian gagal. Lalu, karena menyukai sepatu, tahun 2010 ia mencoba membuat sepatu di Cibaduyut, Bandung.

Setahun kemudian, 2011, dengan modal nyali dan kemauan yang kuat ia berbisnis sepatu. Awalnya ia membuat sepatu perempuan.

Salah satu sepatu uniknya dikenakan Melisa Putri saat memenangkan Putri Pariwisata Indonesia tahun 2011.

Sepatu bermotif kain batik ini mendapat sorotan media saat itu.

Baca juga: Dengar Harga Sepatu Exodos57 Rp 2,9 Juta, Presiden Jokowi Protes

“Mulai bisnis sepatu modalnya Rp 2 juta, itu pun dari (uang) PO. Terus saya punya teman di kulit sepatu, jadi bisa ngutang,” tutur dia.

Ia kemudian meluncurkan brand pertamanya, Wayout yang juga berarti jalan keluar dari kehidupan sebelumnya.

Lewat brand-nya ini, Gally mengaku ingin memberikan contoh pada anak jalanan lainnya, bahwa siapa pun bisa mendapat kehidupan yang lebih baik asal ada kemauan.

Exodos57

Tahun 2016, ia kian sukses dan mulai meluncurkan brand baru, Exodos57.

Butuh satu tahun untuk mengembangkan Exodos57. Namun ternyata, sepatunya tak laku dijual di pasaran.

“Alasannya karena gue gak jujur dengan apa yang gue lakuin. Gue cuma ngikutin pasar. Padahal gue gak suka membuat sesuatu yang gue gak suka,” ungkap ayah dari tiga anak ini.

Akhirnya, dia mendesain ulang Exodos57.

Gally membuat sepatu pria yang berkarakter kuat berdasarkan idealismenya. Sesuai dugaan, sepatunya laku di pasaran.

“Isu yang dibawa ke brand gue lebih ke lingkungan, sosial budaya, bukan hanya selling."

"Walaupun kita butuh uang, harus ada value dari brand, sehingga orang beli dengan bangga,” ucap dia.

Baca juga: Galan, Sneaker Bot dari Exodos57 untuk Segala Suasana

Tahun 2017, ia baru memacu produksi Exodos57. Lalu, di tahun 2018, Exodos57 meluncurkan seri sepatu Kearifan Lokal 1 di Kemang Village dengan harga Rp 1,2 juta.

Dalam satu hari, 100 sepatu yang dibuatnya sold out. Kebanyakan, kata Gally, sepatu itu dibeli orang luar seperti Jepang, Kanada, Korea Selatan, Spanyol, Brazil, Amerika Serikat, dan lainnya.

Antusiasme yang besar membuat 1.000 sepatu Kearifan Lokal 1 dalam produksi lanjutan, juga ludes dalam waktu sekejap.

Gally lalu memutuskan untuk menyetop produksi karena dirasa sudah terlalu banyak.

Sukses dengan Kearifan Lokal 1, Gally membuat Kearifan Lokal 2. Sepatu tersebut dibeli Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil hingga Presiden Joko Widodo, serta sejumlah tokoh lainnya.

“Keuntungan dari Kearifan Lokal 2 ini disumbangkan untuk korban tsunami di Palu tahun itu. Ada sekitar Rp 290 juta yang disumbangkan,” ungkap Gally.

Kini, bisnis Exodos57 sudah autopilot. Anak kedua dari tiga bersaudara ini pun membuat inovasi baru di masa pandemi Covid-19.

Gally meluncurkan brand GR Company, yang bakal kita simak nanti perkembangannya. Akankah brand  sesukses Wayout dan Exodos 57?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com