"Raf terhubung dengan semua itu, tapi outletnya adalah fesyen. Dia seperti spons yang menyerap lebih dari sekadar fesyen, yang kemudian mengalir keluar dalam karyanya."
Karya-karya masa lalu Simons bahkan menjadi referensi populer untuk pendekatan desain fesyen dari perancang busana seperti Abloh, Matthew Williams, dan Heron Preston.
Oversized lebih baik
Jaket army pertama kali muncul di peragaan busana Raf Simons pada Fall/Winter 2001. Namun sebelum itu, ia sempat vakum dari dunia mode selama satu tahun.
Koleksi yang dipamerkan Simons di peragaan busana tersebut terbilang inovatif, karena ia yang awalnya membuat potongan desain dan setelan ramping, terlihat justru menghindari potongan skinny.
Perubahan pada desain Simons juga lantas menjadi populer di kalangan label pakaian pria lainnya seperti Dior dan Gucci.
Simons menerapkan siluet oversized dan tebal dari beberapa lapisan pakaian. Inspirasinya berasal dari pakaian sehari-hari kaum muda di Eropa.
"Di pasar loak di Wina, saya lihat anak-anak muda dari Ukraina atau Rumania hanya menambahkan layer dan menciptakan ketebalan pada pakaian mereka karena cuaca dingin," katanya kepada koran Swiss Neue Zürcher Zeitung kala itu.
"Apa lagi sebutan yang cocok untuk koleksi ini selain 'Riot Riot Riot'?”
Jaket army atau camo Riot hadir dalam versi standard olive dan lighter olive/white/grey camo, memiliki banyak potongan grafis, dan ditambahkan muatan musik serta post-apocalyptic untuk dipresentasikan kepada publik.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.