Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengangkat Kembali "Pamor" Tenun Jawa Barat, Mungkinkah?

Kompas.com - 07/08/2020, 16:55 WIB
Reni Susanti,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Indonesia mengenal beragam kain tenun. Sebutlah, songket, pandai sikek, ulos, lurik, sasak, dan lainnya.

Tenuh-tenun tersebut berasal dari berbagai daerah Indonesia, seperti Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Yogyakarta, Bali, Kalimantan, hingga Nusa Tenggara Timur.

Di Jawa Barat, tenun tidak begitu populer dibanding daerah lainnya. Padahal jika dilihat dari sejarahnya, banyak tempat tenun di luar Jabar, awalnya berakar dari Jabar.

“Bahkan alat tenunnya disuplai dari penenun Jabar.”

Begitu kata Komarudin Kudiya, pemilik Rumah Batik Komar kepada Kompas.com seusai konferensi pers Karya Kreatif Jawa Barat di Bandung, Jumat (7/8/2020).

Baca juga: Jangan Mencuci Kain Tenun dengan Deterjen, Ini Cara yang Tepat

Perwakilan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Jabar ini menambahkan, ada dua tempat yang dijadikan tempat produksi tenun di Jabar.

Ada di Majalaya yang berada di Kabupaten Bandung, serta di Kabupaten Garut.

Tenun yang dibuat beragam. Ada tenun ikat, tenun sulam, dan tenun bulu.

Ciri khasnya, warga Majalaya sering membuat tenun poleng. Sementara, Garut adalah penyuplai pakaian KNIL pada zaman Belanda.

Bahkan pada awal tahun 90-an, kegiatan tenun sutra tumbuh di Jabar. Petani ramai-ramai menanam murbai sekaligus ulat untuk kebutuhan tenun sutra ini.

“Pabrik besarnya ada Padalarang,” imbuh dia.

Namun seiring berjalannya waktu, terjadi alih fungsi lahan. Kebun murbai menyempit, pabrik pun tutup.

Akibatnya, benang sutra tak ada lagi di Jabar dan mulai impor dari China sejak tahun 1998 sampai sekarang.

Meredupnya usaha tenun, sambung Komar, kemungkinan karena kurangnya kepedulian pemerintah di masa lalu.

Selain itu, tenun tidak dikenakan oleh masyarakat Jabar sebagai pakaian sehari-hari.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com