Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/08/2020, 22:00 WIB
Gading Perkasa,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Segala hal menyangkut seks atau pengalaman seksual dapat membuat banyak orang menjadi percaya akan stigma tertentu.

Sebagai contoh, pria sering menganggap ukuran penis bisa memengaruhi seberapa baik performa bercinta.

Pria juga kerap menduga, ejakulasi dini adalah kondisi yang sulit atau bahkan tidak bisa disembuhkan. Padahal, faktanya semua itu tidaklah benar.

Baca juga: Berapa Ukuran Penis Ideal untuk Memuaskan Pasangan?

Para ahli kesehatan seksual pun menyarankan untuk tidak usah lagi mempercayai sederet mitos seputar orgasme pada pria, yang semuanya tak sesuai fakta.

Setidaknya, ada enam mitos yang bisa diuraikan di sini.

1. Ukuran penis memengaruhi kepuasan seksual

Pemahaman bahwa ukuran penis yang lebih besar selalu lebih baik sudah ada sejak lama.

Namun, Dr. Jamin Brahmbhatt, ahli urologi di Florida, Amerika Serikat, mengatakan, panjang dan ketebalan penis bukan penentu kepuasan seksual pria atau pasangannya.

"Kebanyakan pria awalnya baik-baik saja dalam hal ukuran dan ketebalan penis mereka."

"Tetapi ketika mereka mulai membandingkan dengan ukuran penis bintang film dewasa, mereka mulai merasa tidak nyaman," kata Dr. Brahmbhatt kepada Insider.

Brahmbhatt mengingatkan, rata-rata panjang penis adalah 8,89 centimeter saat mormal, dan 13 centimeter saat ereksi.

Ia juga mengatakan, pria sehat yang memiliki ukuran penis di atas atau di bawah rata-rata seharusnya tidak mengalami kurangnya kepuasan seksual, cuma karena ukuran semata.

2. Testis berwarna biru tampak berbahaya

Memang menakutkan melihat testis membiru dan merasakan sakit serta ketidaknyamanan pada penis.

Namun sensasi yang sering menjadi indikasi kondisi hipertensi epididimis atau "bola biru", tidak mengancam jiwa atau risiko kerusakan permanen.

Baca juga: Perokok Berisiko Tinggi Alami Ejakulasi Dini, Apa Sebabnya?

"Hipertensi epididimis terjadi saat pria memiliki kelebihan darah yang tersisa di testis dari gelombang ereksi yang tidak diikuti ejakulasi," kata Brahmbhatt.

Biasanya, ketika pria terangsang, darah mengalir ke penis dan testis, dan menyebabkan ereksi.

Jika pria mengalami ejakulasi, darah akan kembali ke tingkat normal. Tapi jika tidak ejakulasi, kondisi "bola biru" bisa terjadi.

Brahmbhatt berkata, tidak ada metode penyembuhan untuk kondisi seperti ini.

"Cara tercepat untuk pemulihan adalah ejakulasi. Cara lain yang pernah dibahas termasuk kompres es, menghindari ereksi, dan olahraga," kata dia.

Pada beberapa kasus, pria sering sulit membedakan masalah yang lebih serius pada testis dengan "bola biru".

Sehingga, si penderita harus menemui dokter jika kondisi itu tidak kunjung hilang, kata Brahmbhatt.

3. Pria tidak pernah memalsukan orgasme

Ketika pria mencapai klimaks, tandanya adalah ejakulasi. Namun Brahmbhatt mengatakan, tetap ada kemungkinan pria memalsukan orgasme.

"Pria bisa memalsukan orgasme. Satu-satunya masalah adalah mungkin mereka tidak terlihat ejakulasi."

"Mereka bisa menyalahkan obat tertentu atau masalah medis," kata Brahmbhatt.

Baca juga: Usia Bertambah, Ukuran Penis Menyusut?

4. Pria tidak bisa orgasme lebih dari sekali dalam satu waktu

Beberapa wanita dapat mengalami orgasme secara berturut-turut selama berhubungan seks tanpa jeda.

Sedangkan mayoritas pria ejakulasi di saat klimaks, dan mereka cenderung tidak mengalami lebih dari satu orgasme dalam satu sesi bercinta.

Namun bukan berarti pria tidak bisa orgasme lebih dari sekali. Demikian menurut Justin Lehmiller, peneliti seks di Kinsey Institute.

Penyebab pria hanya mengalami satu kali orgasme adalah periode refraktori, atau waktu yang dibutuhkan setelah ejakulasi agar penis bisa ereksi lagi.

"Lamanya periode ini sangat bervariasi, tetapi bisa memakan waktu hanya beberapa menit pada pria yang lebih muda, dibandingkan pria yang lebih tua," tulis Lehmiller di blog pribadinya.

Beberapa pria bisa merasakan orgasme tanpa ejakulasi, jadi mereka dapat mengalami lebih dari satu kali orgasme dalam waktu singkat karena pengecualian dari periode refraktori tadi.

Faktanya, sebuah penelitian di tahun 1989 mengamati 21 pria yang mampu mengalami orgasme berturut-turut tanpa periode refraktori.

Baca juga: Ejakulasi Dini? Atasi dengan Latihan Ini

5. Ejakulasi dini tidak bisa disembuhkan

Ejakulasi dini, atau ejakulasi sebelum waktu yang diinginkan saat berhubungan seks, adalah masalah umum di kalangan pria.

1:3 pria pernah mengalami ejakulasi dini di beberapa titik dalam hidup mereka. Tapi itu bisa diperbaiki dengan kondom atau obat-obatan.

Menurut Dr. Seth Cohen, ahli urologi di NYU Langone Health, semprotan khusus penis dan kondom merek tertentu mengandung bahan-bahan yang bisa menurunkan kepekaan penis sementara waktu.

Produk semacam itu bisa menjadi "bantuan" untuk mencegah ejakulasi dini.

Cohen juga mengatakan, obat-obatan seperti Prozac yang berfungsi mengobati depresi bisa digunakan untuk menunda ejakulasi.

Obat-obatan ini pada dasarnya "memaksa" penis agar bertahan sedikit lebih lama.

Menurut dia, pria juga dapat menggunakan obat disfungsi ereksi sesuai kebutuhan seperti Viagra atau Cialis yang tidak diberi label.

6. Pria harus ejakulasi agar puas secara seksual

Menurut Brahmbhatt, kebutuhan ejakulasi saat berhubungan seks adalah pilihan pribadi.

"Saya pernah bertemu pria yang mengaku puas tanpa memiliki tanda klasik seks atau ejakulasi," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com