Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ASI dan Menjaga Jarak Kehamilan, Cara Efektif Cegah Stunting pada Anak

Kompas.com - 12/08/2020, 23:22 WIB
Bestari Kumala Dewi

Editor

KOMPAS.com - Merujuk data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, angka stunting balita di Indonesia adalah 30,8 persen.

Demikian juga hasil Survei Status Gizi Balita (SSGBI) 2019, menunjukkan prevalensi stunting di Indonesia sebesar 27,67 persen. Angka ini memang turun 30,8 persen dari tahun sebelumnya.

Namun, angka tersebut masih terbilang tinggi, karena angka stunting berdasarkan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah 20 persen. Salah satu sebabnya adalah, masih minimnya pemahaman masyarakat tentang stunting.

Baca juga: Gagal Paham Soal Nutrisi Bisa Sebabkan Anak Stunting

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita, baik pertumbuhan tubuh maupun pertumbuhan otak akibat kekurangan gizi kronis, terutama pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan juga adanya infeksi berulang.

Dikatakan Kepala BKKBN, Dr. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K), inisiasi menyusui dini yang dilakukan sesaat setelah melahirkan dan pemberian ASI eksklusif dapat mencegah 1.5 hingga 1.9 kali risiko stunting pada anak.

“Selain IMD dan ASI eksklusif, sangat penting menjaga jarak untuk kehamilan berikutnya. Jarak kelahiran anak yang lebih dari tiga tahun tidak akan menyebabkan anak kekurangan nutrisi,” kata Hasto dalam webinar INVEST-ASI Indonesia untuk Bumi yang Lebih Sehat.

“Pemberian ASI eksklusif ini juga bisa membantu sebagai kontrasepsi alami. Biasanya beberapa bulan pertama saat menyusui, menstruasi akan berhenti. Tetapi, jika menstruasi sudah mulai kembali, tentu dibutuhkan bantuan alat kontrasepsi untuk mencegh kehamilan beruntun,” lanjutnya.

Baca juga: Jalan Panjang Mengubah Perilaku Kesehatan untuk Cegah Stunting

 

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum PP IDAI, Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.(A) K menjelaskan, pemenuhan kebutuhan nutrisi calon ibu sangat berpengaruh untuk menurunkan risiko stunting.

“Nutrisi ibu sudah harus diperhatikan sebelum kehamilan, kecukupan vitamin D, zat besi, kalsium, dan tentu pengetahuan tentang seribu hari pertama kehidupan. Ini sebabnya, para ibu sebaiknya tidak melahirkan dalam waktu dekat, agar dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dan bayi,” kata Aman.

Selain itu, cara terbaik untuk mencegah stunting adalah dengan pemberian ASI eksklusif, yaitu pemberian air susu ibu tanpa makanan lainnya selama enam bulan pertama.

Sayangnya, merujuk dari data Riskesdas 2018 proporsi pola pemberian ASI pada bayi umur 0-5 bulan di Indonesia untuk ASI eksklusif hanya 37,3 persen.

Baca juga: Ini Perbedaan Stunting dan Gizi Buruk yang Wajib Diketahui

“Padahal, ASI mengandung lima hormon, yaitu IGF-1, leptin, adiponektin, ghrelin, dan insulin yang dapat mencegah terjadinya stunting pada anak, secara fisik maupun kognitif,” jelas dokter yang juga ahli hormon ini.

Aman juga menegaskan pentingnya melakukan inisiasi menyusui dini setelah kelahiran bayi, baik pada bayi yang dilahirkan secara normal maupun bayi yang dilahirkan melalui proses operasi Caesar.

menurutnya, inisiasi menyusui dini (IMD) ini akan membantu memudahkan proses menyusui selanjutnya.

“Setelah IMD, bayi akan diberikan imunisasi hepatitis B, screening bayi baru lahir, imunisasi polio, pemberian ASI eksklusif, pemberian imunisasi sesuai jadwal, memastikan pemberian MPASI yang sesuai saat usia 6 bulan, dan lanjutkan ASI hingga dua tahun. Setelah itu selesai sudah seribu hari pertama,”ujarnya.

Baca juga: Catat, Langkah-langkah untuk Cegah Stunting pada Anak

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com