KOMPAS.com - Pornografi bisa hadir melalui berbagai media, mulai dari teks, gambar, suara, hingga video.
Sayangnya, seemakin berkembangnya teknologi dan akses internet semakin membuat anak terpapar konten pornografi di usia yang lebih muda.
"Tentu itu berbahaya. Banyak berita kejahatan seksual yang awalnya karena terpapar konten pornografi."
Baca juga: Seks Bebas pada Generasi Zilenial Jadi Sorotan Istri Ridwan Kamil
Demikian diungkapkan oleh Ketua Satgas Perlindungan Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Eva Devita Harmoniati, Sp.A(K) dalam Instagram Live bersama IDAI, Selasa (18/8/2020).
Itulah mengapa peran orangtua menjadi sangat penting ketika membicarakan edukasi seks. Sebab, lebih baik anak mengetahuinya dari orangtua sendiri ketimbang dari sumber yang salah, seperti situs pornografi.
Meskipun, sebagian masyarakat masih salah memahami dan menganggap edukasi seks adalah edukasi tentang bagaimana berhubungan intim.
"Sex education bukan bagaimana melakukan seks, tapi bagaimana mereka paham tentang fungsi-fungsi organ seksual mereka, kapan mempertanggungjawabkannya dan bagaimana mereka bertanggungjawab menggunakannya," katanya.
Lalu, bagaimana memulai edukasi seks kepada anak agar sesuai usianya?
Pendidikan seks bisa diawali dengan mengenalkan alat kelamin dan fungsinya kepada anak. Di usia 16-18 bulan, orangtua dianjurkan untuk mengenalkan alat kelamin kepada anak sebagai salah satu anggota tubuh.
Di usia 2-3 tahun anak bisa mulai dikenalkan dengan gender laki-laki dan perempuan, dan bagaimana keduanya memiliki perbedaan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.