Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Kita Terpaku Memikirkan Persoalan Tertentu?

Kompas.com - 18/08/2020, 22:30 WIB
Gading Perkasa,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Memikirkan banyak hal dapat membuat otak merasa lelah, stres, dan akhirnya membuat kita menjadi susah tidur.

Apalagi, ketika kita tak bisa berhenti memikirkan tentang bagaimana kita seharusnya dapat menangani segala sesuatu yang telah terjadi.

Seringkali, pikiran seperti itu mengganggu tidur kita atau merusak momen di mana kita hanya ingin bersantai.

Baca juga: 4 Cara Mencegah Sulit Tidur di Malam Hari

Lalu, mengapa kita terjebak memikirkan hal yang sudah berlalu? Apa yang bisa kita lakukan untuk melepaskan pikiran itu?

Psikolog klinis Dr. Adam Borland, PsyD, mencoba menjelaskan penyebab kita memikirkan berbagai hal dan menawarkan solusi, agar tidak terjebak dalam lingkaran pikiran yang membuat kita stres.

Penyebab kita terpaku memikirkan persoalan tertentu

"Pada saat di mana tingkat stres dan kecemasan tinggi, adalah sifat manusiawi bagi kita untuk terpaku pada sumber stres kita," kata Dr. Borland.

"Lihat apa yang sedang terjadi di dunia saat ini. Ada begitu banyak sumber stres dan hal yang perlu kita cemaskan. Rasanya seperti kita diserang dari semua arah selain kewajiban keluarga, pekerjaan, dan tuntutan harian yang kita punya."

Dr. Borland menambahkan, sulit untuk menentukan dengan tepat mengapa kita memikirkan persoalan tertentu dan apakah hal itu dapat memperburuk kondisi kesehatan kita.

"Ada derajat berbeda yang kita fokuskan. Ketika hal itu menjadi masalah yang memengaruhi tidur, diet, kesehatan, kinerja atau hubungan, saat itulah perawatan profesional dapat membantu," kata Dr. Borland.

"Dan jika kita menyadari telah membentak seseorang, segeralah mencari bantuan profesional."

Baca juga: 6 Cara Mengelola Stres dan Mengontrol Rasa Marah pada Anak

Apakah memikirkan sesuatu secara berlebihan memicu kecemasan atau serangan panik?

Menurut Dr. Borland, ketika kita terpaku pada situasi atau hasil, hal itu berpotensi memicu reaksi berantai emosional.

Dr. Borland membandingkan kondisi itu dengan satu panci penuh berisi air yang akan mendidih.

"Jika panci sudah penuh dan kita mengalami sesuatu di tempat kerja atau dalam hubungan, atau melihat berita yang membuat kita stres di berita dan media sosial, itu bisa menyebabkan panci mendidih."

"Bagi beberapa orang, hal itu bisa memicu kepanikan atau kemarahan dan kesedihan," kata Dr. Borland.

Baca juga: Rasa Panik dan Khawatir Bisa Lemahkan Kekebalan Tubuh

Dalam situasi tersebut, Dr. Borland mengatakan jika kita menceritakan apa yang kita alami kepada teman dan anggota keluarga dan tidak berhasil, ada baiknya berbicara dengan seorang ahli.

Tidak ada kekhawatiran terlalu besar atau terlalu kecil

Kita mungkin punya masalah pada cara kita menangani konflik dengan teman atau kewalahan dalam membuat keputusan sulit di tempat kerja.

Jika hal itu membebani hingga kita sulit tidur di malam hari, Dr. Borland menyarankan agar kita berbicara dengan ahli kesehatan mental.

"Orang sering berkata, 'ada orang di dunia ini yang menghadapi hal lebih buruk dari saya,' dan mereka merasa bersalah. Tapi, hal seperti itu jangan dimasukkan ke dalam hati, karena tidak ada gunanya bagi kita," ucap Dr. Borland.

"Ada sesuatu yang jelas mengganggu pikiran, maka pergilah bertemu ahli kesehatan mental dan mintalah untuk membantu kita mengatasinya. Anda mungkin dapat melakukannya dalam satu atau beberapa sesi."

Cara agar kita tidak terjebak dalam pikiran

Untuk mencegah diri kita tenggelam dalam kekhawatiran, Dr. Borland menyarankan untuk memanfaatkan sumber daya yang sudah kita miliki.

Sumber daya ini termasuk olahraga, udara segar, dan meluangkan waktu untuk bersyukur atas hal-hal baik dalam hidup.

"Saya mendukung olahraga dan mencari udara segar. Dan saya selalu memprioritaskan pernapasan dalam untuk tenang, karena seringkali kita melaju dengan kecepatan yang sedikit terlalu cepat."

"Ketika kita berhenti dan benar-benar fokus pada pernapasan kita, itu membantu memperlambat kita dan menciptakan respons relaksasi alami dalam tubuh," ujar Dr. Borland.

"Saat ini, sangat mudah untuk berpikir 'apa yang salah dalam hidup saya?' atau 'apa yang salah di dunia ini?' sehingga kita mengabaikan hal-hal yang baik. Terkadang, diperlukan kaca pembesar untuk menemukan hal-hal baik, meski sebenarnya hal baik itu sudah terlihat tanpa kita sadari."

Baca juga: Waspadai Stres Jangka Panjang dan Kesulitan Tidur Saat New Normal

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com