Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Duka Barbara Gicquel, Nenek 80 Tahun Pencetak Rekor Bersepeda

Kompas.com - 19/08/2020, 15:15 WIB
Glori K. Wadrianto

Editor

KOMPAS.com - Ketika mimpi buruk selama setahun terakhir terkuak ke publik melalui pemberitaan media, Barbara Gicquel memilih duduk di depan keyboard dan mulai mengetik.

“Waktunya telah tiba bagi saya untuk menjelaskan mengapa saya tidak berkomunikasi sejak 27 September tahun lalu,” tulis dia dalam unggahan di Facebook baru-baru.

“Saya tidak merasa dapat berbicara dengan kalian semua, dan menjadi nyata tentang apa yang terjadi dalam hidup saya -yang sulit untuk dibagikan, sulit dalam banyak hal.”

Baca juga: Cara Mencegah Kram Otot Saat Bersepeda

Hampir setahun yang lalu, nenek berusia 80 tahun ini mencetak rekor dunia untuk kelompok usianya di Kejuaraan Nasional Jalur Master Sepeda AS 2019.

Sebelumnya, perempuan asal California ini memang menjadi sosok yang reguler berdiri di podium medali pada ajang bersepeda kelas master, selama bertahun-tahun.

Meski begitu, Gicquel tentu sangat senang dengan pencapaian terbarunya kala itu.

Tetapi karena ada rekaman yang terkuak dalam pencapaian terakhirnya, Gicquel pun menjadi sasaran pengujian obat.

Dia gagal dalam tes urine Badan Anti-Doping AS, yang memicu sengketa hukum selama setahun.

Dari sana pun muncul pertanyaan tentang apakah obat resep yang telah digunakan Gicquel selama bertahun-tahun memang meningkatkan performanya di trek.

“Itu adalah perjalanan roller-coaster secara emosional,” kata dia kepada The Washington Post dalam wawancara melalui surat elektronik.

Baca juga: Pria 63 Tahun Cetak Rekor Dunia Bersepeda 30 Hari Sejauh 11.616 Km

“Penuh dengan kecemasan, depresi," kata dia.

"Ada rasa tidakpercaya bahwa mereka meyakini saya menggunakan doping untuk prestasi, ketimbang melihat bahwa saya hanya berusaha bertahan hidup."

Gicquel mulai bersepeda pada usia 57 tahun, dan tidak puas mengayuh di sekitar tempat tinggalnya.

Dua kali dia melintasi negara itu, mencoba mengendarai setiap velodrome di Amerika Serikat.

Dia telah balapan di berbagai ajang, dan melintasi berbagai jalur, mulai dari jalan yang curam, dan tikungan tajam.

“Balapan memotivasi saya untuk bekerja keras,” kata dia.

“Sangat menyenangkan bisa balapan, jadi saya telah bekerja keras hampir setiap hari untuk bisa melakukannya dengan baik.”

Seorang dokter pertama kali memberinya resep obat yang disebut Estratest pada tahun 2005 untuk mengobati bronkitis dan masalah yang berkaitan dengan menopause.

Dia juga menderita penyakit paru obstruktif kronik.

Sejak itu, dia meminum setengah tablet setiap dua hari dan, dia berkata, dia tidak terlalu memikirkan efeknya pada bersepeda.

Dia menghadapi tes narkoba dan mengikuti catatan kelompok usia lainnya tetapi tidak pernah dites positif.

Hingga pada 29 Agustus 2019, ketika pada usia 79 dia memecahkan rekornya sendiri dalam uji waktu 500 meter.

Estratest ternyatamengandung steroid anabolik yang disebut methyltestosterone yang telah lama masuk dalam daftar zat terlarang Badan Anti-Doping Dunia.

"Saya memang melanggar aturan dengan mengambil zat terlarang," kata dia.

"Tapi saya juga tidak memakai obat bius," tegasnya lagi.

Baca juga: 10 Cara Menurunkan Berat Badan dengan Bersepeda

Sebab, Gicquel meyakini obatnya adalah atas persetujuan dokter. Gicquel pun sempat mencoba mendapatkan pengecualian penggunaan terapeutik retroaktif.

Permintaan tersebut ditolak oleh USADA karena dia dianggap tidak berada dalam kondisi medis yang memerlukan penggunaan methyltestosterone.

Hal itu tertuang dalam keputusan arbitrator atas kasus tersebut.

Gicquel mengatakan dokter yang meresepkan resep asli tidak lagi berpraktik di California, dan klinik medis tersebut tidak menyimpan catatan medis yang berusia bertahun-tahun.

Menurut keputusan arbiter, USADA, methyltestosterone cenderung menghasilkan peningkatan kinerja melebihi apa yang bisa dicapai dalam keadaan kesehatan normal.

Di sisi lain, Gicquel mengaku tahu sejak sekitar lima tahun yang lalu, bahwa Estratest mengandung zat terlarang.

Namun dia tak khawatir, karena merasa penggunaan obat itu tidak akan mendiskualifikasinya, sebab dosis yang dipakai rendah dan dia pun telah berusia lanjut.

Dia lalu menulis dalam seruannya, "mudah untuk membenarkan hanya karena daftar itu ditulis dengan memikirkan atlet elite perempuan yang lebih muda."

"Jadi, itu benar-benar tidak dimaksudkan untuk wanita yang tua seperti saya, jadi saya terus menganggapnya seperti itu."

"Saya pun khawatir jiwa saya tak memakai obat itu maka kondisi kesehatan saya akan memburuk."

"Saya takut kehilangan kesehatan, dan bahkan hidup saya lebih awal dari yang seharusnya," sebut dia. 

Setelah bertahun-tahun merokok dan melewati hidup dengan beberapa serangan bronkitis, dia merasa obat itu memberikan manfaat kesehatan yang penting, bukan atletik.

Gicquel pun tak memasukkannya ke dalam daftar obat yang dia serahkan sebelum berkompetisi pada Agustus lalu.

“Sayangnya, tidak masalah bagi USADA jika saya mengambil sedikit demi alasan kesehatan yang valid,” kata dia.

"Yang penting saya telah mengambilnya dengan mengetahui bahwa itu ada dalam daftar zat terlarang."

USADA biasanya tidak menguji atlet veteran di acara master, tetapi tes doping negatif diperlukan untuk mengesahkan semua catatan bersepeda.

Badan anti-doping menghadapi kasus serupa tahun lalu ketika menjatuhkan sanksi kepada pengendara sepeda berusia 90 tahun bernama Carl Grove.

Baca juga: 4 Langkah Memulihkan Kondisi Tubuh Usai Bersepeda

Pengecekan doping menentukan tes obat positif Grove tidak disengaja dan "lebih mungkin disebabkan oleh daging yang terkontaminasi".

Grove diberi peringatan, dan dilucuti dari rekor dunianya baru-baru ini.

Nah, dalam kasus Gicquel, keputusan arbiter menimbulkan keraguan bahwa obat tersebut secara substansial memengaruhi kinerjanya.

Apalagi, dia sebelumnya telah lulus tes anti-doping saat sudah menggunakan Estratest.

Fakta itu menimbulkan keyakinan pada diri Gicquel bahwa penggunaan obat tersebut dalam jumlah kecil tidak memberikan keunggulan kompetitif.

“Karena hanya ada sedikit atlet yang secara aktif berkompetisi pada usia Gicquel, bukti yang diberikan untuk menunjukkan bahwa Estratest memberinya keunggulan kompetitif tipis."

"Hal itu berasal dari asumsi bahwa methyltestosterone membantu kinerja semua atlet, tanpa memandang usia mereka,” tulis pihak arbiter.

Namun dalam menegakkan tekad USADA, arbiter juga mengatakan Gicquel gagal dalam tes transparansi, karena tak mengungkapkan obat tersebut.

Dia dituding membuat keputusan sepihak bahwa aturan anti-doping berhenti berlaku setelah atlet mencapai usia tertentu.

“Tidak ada yang tahu apakah ada pesaing yang akan mengalahkannya jika dia berhenti menggunakan Estratest, setelah dia mengetahui bahwa itu mengandung methyltestosterone."

"Atau apakah dia mungkin (tetap) memenangi kompetisi dan bahkan memecahkan rekor dunia tanpa mengambil Estratest,” kata arbiter.

Gicquel mengaku menghabiskan ribuan dollar AS untuk memperjuangkan putusan dan sengketa ketentuan sanksi ini.

Pejabat USADA tidak mempunyai banyak kelonggaran. Persatuan Bersepeda Internasional, memiliki kode standar tentang doping.

Di dalamnya dengan tegas disebutkan, “Setiap pesepeda berkewajiban untuk memastikan bahwa tidak ada zat terlarang yang memasuki tubuhnya.”

Jelas, Gicquel kecewa dengan pendapat arbitrator ini.

"Pertarungan dalam diriku telah hilang," kata dia.

"Saya hanya ingin ini berakhir," sambung dia lagi. 

Gicquel menerima penangguhan satu tahun, dan arbitrator memutuskan hasil balapannya sejak Agustus 2015 -ketika dia pertama kali mengetahui Estratest mengandung zat terlarang, akan dihapus dari buku.

Baca juga: Berbahayakah Nyeri Lutut Ketika Bersepeda?

Penghapusan itu termasuk catatan rekor kelompok usia nasional dan dunia.

Periode tersebut dimulai Agustus lalu, yang berarti dia akan segera memenuhi syarat untuk bersaing lagi, jika dia mau, pindah ke kelompok usia 80-85 tahun.

Gicquel masih menggunakan inhaler setiap hari, dan dia mengatakan dokternya telah memberi tahu bahwa olahraga mencegah penurunan fungsi paru-paru.

Cara dia melihatnya adalah bahwa dia butuh bersepeda, dan dia butuh pengobatan.

Gicquel bisa memiliki keduanya -dan membidik rekor dunia di masa depan-, tapi dia mungkin membutuhkan pengecualian penggunaan terapeutik dari USADA sebelum dia kembali ke kompetisi.

“Saya sangat yakin aturan USADA harus diubah dan pengendara harus dapat minum obat yang diresepkan,” kata dia.

“Tidak heran jika begitu sedikit pebalap wanita lansia yang berkompetisi di track. Balapan kelompok usia master seharusnya menyenangkan."

"Membiarkan resep yang masuk akal seperti milik saya, untuk memerangi [penyakit paru obstruktif kronik] atau penyakit lain apa pun yang pasti datang pada orang yang lebih tua."

"Bagi saya, ini tampaknya merupakan perubahan yang baik dan sehat di USADA,” sebut Gicquel.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com