Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demi Kesehatan Mental, Perlukah Detoks Media Sosial?

Kompas.com - 26/08/2020, 11:36 WIB
Nabilla Tashandra,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Sumber SCMP

KOMPAS.com - Selama pandemi durasi kita mengakses media sosial bertambah daripada sebelumnya. Alasan utamanya adalah agar bisa terkoneksi dengan teman dann keluarga yang berjauhan, hingga mengisi waktu luang.

Namun, pada batas mana aktivitas media sosial kita sudah dikatakan tidak sehat dan kita perlu melakukan detoks?

Psikoterapis utama di The Dawn Wellness Center dan Rehabilitasi di Chiang Mai, Thailand, Alan Wood menjelaskannya.

Tempat ia bekerja menawarkan sebuah program untuk mengobati siapa pun yang berjuang melawan kecanduan, termasuk kecanduan internet.

Menurutnya, banyak orang mungkin menggunakan media sosial seperti obat dopamin yang bisa memperbaiki suasana hati.

Baca juga: Pamer Kemesraan di Media Sosial, Tanda Kebahagiaan?

Seperti kebiasaan tidak sehat lainnya, kita seharusnya bisa mengenali apakah aktivitas yang kita lakukan bermasalah.

Wood menyarankan Anda untuk mengevaluasi diri, apakah kebiasaan akses media sosial yang dolakukan tidak lagi positif atau menyenangkan, dan apakah Anda merasa kehidupan menjadi tidak seimbang, obsesif-kompulsif dan area hidup lainnya terganggu?

Kita bisa melakukan evaluasi ini dengan menulis jurnal sehingga semua terlihat jelas apakah berdampak baik atau buruk.

Jika diketahui media sosial memengaruhi hubungan, tidur, kesehatan, kehidupan profesional, atau keuangan, misalnya, maka media sosial mungkin sudah menjadi kebiasaan yang tidak sehat bagi Anda.

Baca juga: Simak, Panduan Mengatasi Kecanduan Media Sosial

Perlu dibatasi

Psikolog klinis dari Dimensions Center di distrik Central Hong Kong, Dr Joyce Chao Puihan,  mengingatkan pentingnya melakukan pembatasan waktu akses media sosial.

Ilustrasi fitur Instagram Reels.Instagram Ilustrasi fitur Instagram Reels.

Menurutnya, setiap orang memiliki batasan sehatnya masing-masing.

"Apakah satu atau dua jam sehari sudah cukup? Setiap orang harus memutuskan apa yang cocok atau sehat untuk mereka," ungkapnya.

Chao juga menyarankan kliennya untuk menyadari apa yang mereka lihat di media sosial. Ia mencontohkan fitur "filter" atau saringan di email, yang idealnya juga dimiliki setiap orang ketika mengakses media sosial.

Sebab, setiap orang memiliki banyak aplikasi di ponselnya dan mereka bisa saja kewalahan dengan banjir informasi dari aplikasi-aplikasi tersebut.

Lalu, bagaimana mengetahui bahwa perilaku bermedia sosial kita sudah berlebihan?

Tanda umum lainnya adalah jika orang-orang di sekitar kita sudah mengeluh tentang kebiasaan tersebut.

Baca juga: 5 Efek Buruk Sering Stalking Mantan Pacar di Media Sosial

"Orang-orang menggunakan media sosial karena berbagai alasan. Beberapa untuk bersosialisasi, beberapa untuk melarikan diri. Jika Anda menggunakan aplikasi untuk menghindari aktivitas bermakna (lainnya), tanyakan pada diri sendiri mengapa Anda melakukannya," kata Chao.

Mengatur ulang hubungan dengan aplikasi sosial dapat membantu menghadapi apa pun yang selama ini Anda hindari.

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk membatasi waku akses media sosial yang dianggap sudah berlebih. Misalnya, selama rapat atau pertemuan sosial, jangan terlalu sering melihat ponsel. Lakukan secara perlahan hingga nantinya dapat sepenuhnya meninggalkan ponsel saat berinteraksi dengan orang lain.

Baik Chao maupun Wood, keduanya sepakat tentang pentingnya detoksifikasi media

Wood mengatakan, cara itu memungkinkan seseorang menghabiskan lebih banyak waktu untuk hadir dan berinteraksi dengan orang lain, atau dengan alam.

"Hidup mereka akan menjadi lebih kaya, lebih bermanfaat dan memuaskan,” katanya.

Nah, bagaiman dengan Anda, siap untuk membatasi waktu akses media sosial?


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber SCMP
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com