KOMPAS.com – Masa lima tahun pertama merupakan periode kritis pertumbuhan setiap anak. Gangguan tumbuh kembang yang terjadi di masa ini bisa berdampak permanen. Untuk itu orangtua perlu mengenali apakah pertumbuhan anak sudah sesuai atau tidak dengan mengukur berat dan tinggi badan anak.
Dokter spesialis anak Conny Tanjung menjelaskan, pertumbuhan anak yang ditandai dengan penambahan ukuran fisiknya merupakan indikator untuk status nutrisinya.
“Masalah gizi terbesar yang dihadapi dunia saat ini menurut WHO adalah stunting. Hal ini tidak terjadi tiba-tiba, selalu diawali dengan hambatan pertumbuhan yang disebabkan oleh kualitas makanan kurang baik,” kata Conny dalam acara webinar yang diadakan oleh Abbott (27/8).
Ia menambahkan, stunting alias kurang gizi kronik akan menyebabkan tinggi badan anak tidak optimal dan perkembangan otaknya terhambat.
Karena itulah pertumbuhan berat badan dan tinggi badan anak harus pantau secara rutin sehingga bisa dideteksi jika ada gangguan.
Baca juga: Antisipasi Stunting, Kenali Penyebab Berat Badan Anak Turun
Direktur Urusan Medis Abbott untuk Asia Pasifik Dr. Jose Dimaano, menambahkan pertumbuhan yang lambat bukan hanya masalah fisik, tetapi juga berdampak pada pembelajaran dan perkembangan di masa anak-anak.
Sebagian besar konsekuensi tersebut tidak dapat diubah jika tidak diperbaiki pada tahun-tahun awal kehidupan
“Berbeda dengan persepsi umum, kontribusi genetika pada pertumbuhan tinggi badan sejak bayi hingga anak usia dini relatif kecil, sebaliknya nutrisi bersama dengan faktor lingkungan seperti kebersihan dan olah raga adalah kuncinya,” katanya.
Pada balita idealnya pengukuran berat dan tinggi badan tersebut dilakukan 8 kali dalam 12 bulan.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.