Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/08/2020, 08:06 WIB
Nabilla Tashandra,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber DW

Menimbang manfaat dan risiko keto

Diet keto memang efektif untuk menurunkan berat badan, menjaga gula darah pada pasien diabetes, dan menurunkan tekanan darah dan trigliserida (tipe lemak).

Tetapi, tidak diketahui apakah penurunan berat badan tersebut secara langsung disebabkan oleh ketosis atau akibat mengurangi konsumsi gula dan kalori secara keseluruhan.

Atau, karena tingginya tingkat protein dalam diet keto standar yang membuat kita merasa kenyang lebih lama.

Ketika tubuh beralih dari gula ke lemak sebagai sumber energi, kondisi itu bisa menyebabkan gejala mirip flu yang dikenal sebagai "flu keto."

Gejalanya seperti sakit kepala, mual, dan kelelahan.

Flu keto tidak berbahaya bagi kebanyakan orang, dan biasanya sembuh dalam dua minggu.

Selain flu keto, efek samping lainnya adalah kram otot, bau mulut, dan sembelit.

Sembelit umum terjadi pada pelaku diet keto karena pola makan yang minim serat tinggi, seperti biji-bijian, buah-buahan dan sayuran.

Di sisi lain, memangkas asupan buah dan sayuran dapat menyebabkan kekurangan vitamin dan mineral.

Ahli gizi dari New York, Sarah Hamdan mengkhawatirkan masalah kesehatan jangka panjang yang mungkin muncul setelah seseorang menjalani diet keto.

Mulai dari peningkatan risiko penyakit hati, batu ginjal, osteoporosis, dan asam urat

"Badan keton diproduksi oleh hati. Itu bisa memberi tekanan pada hati, yang pada akhirnya bisa memunculkan penyakit hati."

"Kandungan protein yang tinggi juga terkadang bisa mempengaruhi ginjal kita," ungkap dia.

Penelitian menunjukkan, diet keto dapat meningkatkan kolesterol dan kadar protein C-reaktif yang diproduksi tubuh sebagai respons terhadap peradangan.

Baca juga: Wanita Ini Sukses Kendalikan Diabetes dengan Diet Keto dan Intermiten

Protein C-reaktif dikenal sebagai biomarker inflamasi.

Menurut Hamdan, peningkatan biomarker inflamasi sangat memprihatinkan karena peradangan bisa memberi banyak tekanan pada tubuh.

Kondisi tersebut berkaitan dengan banyak penyakit seperti penyakit jantung, diabetes dan obesitas.

Meski begitu, seorang profesor nefrologi di Rumah Sakit Universitas Cologne, Roman Müller mengatakan, setiap efek samping yang terjadi akan bergantung pada profil dari pelaku dietnya.

Müller bersama rekannya Dr. Franziska Grundmann melakukan penelitian terhadap efek diet keto sebagai pengobatan untuk penyakit ginjal.

Halaman:
Sumber DW
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com