3. Meningkatkan budaya konsumtif
Reklame dianggap sebagai salah satu polusi visual yang memenuhi lingkungan di sekitar kita. Sebagian besar reklame berisi iklan konsumtif. Maka, pada akhirnya, kondisi ini dapat mendorong sebagian warga untuk bergaya hidup lebih konsumtif.
Padahal, kajian Worldwatch Institute mengungkapkan bahwa gaya hidup konsumtif juga berdampak pada peningkatan degradasi lingkungan dan pemanasan global.
4. Memicu timbulnya gangguan medis dan psikis
Sejumlah kajian menunjukkan, polusi visual pada tingkatan tertentu dapat memicu stres, sakit kepala, hingga perilaku agresif.
Sebuah jurnal yang ditulis oleh Ron Chepesiuk di 2009 menyitir penjelasan profesor neurologi George Brainard tentang polusi visual dari cahaya berlebihan di malam hari.
Brainard menjelaskan bahwa penelitian laboratorium terkontrol menunjukkan paparan cahaya malam hari dapat mengganggu fisiologi sirkadian dan neuroendokrin. Hal ini dapat mempercepat pertumbuhan tumor.
Baca juga: Perlukah Tabir Surya untuk Lindungi Kulit dari Cahaya Biru Gadget?
5. Mengganggu konsentrasi berkendara
Polusi visual dapat pula mengganggu konsentrasi berkendara sehingga membahayakan keselamatan para pengendara dan pengguna jalan lainnya. Ancaman keselamatan juga bisa muncul dari insiden robohnya billboard atau baliho yang dipasang di pinggir-pinggir jalan.
6. Mengurangi jumlah spesies hewan
Ditilik dari aspek ekologis, polusi visual ternyata ikut mengakibatkan hengkangnya sejumlah spesies hewan tertentu, yang pada gilirannya bakal mengganggu keseimbangan ekologis sebuah kawasan [Ozdilek, 2017].
Nah, kembali ke kasus Revina, apakah menurutmu konsep polusi visual juga bisa diterapkan dalam konteks pemandangan akan penampilan seseorang di pusat kebugaran?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.