KOMPAS.com - Traveling atau bepergian ke berbagai tempat adalah hal yang kita rindukan di masa pandemi.
Biasanya, saat traveling, kita mengenakan pakaian kasual agar tubuh lebih mudah bergerak.
Tapi, apa jadinya jika kita traveling dengan berkebaya?
Rahmi Hidayati, Ketua Gerakan Perempuan Berkebaya Indonesia menceritakan pengalamannya menjelajahi setiap tempat di tanah air dan luar negeri dengan berkebaya.
Saat ia pertama kali mendaki Gunung Gede di Jawa Barat dan dilantik Mapala UI, ia mengenakan kebaya untuk bagian atasan dan kain sebagai bawahan.
"Ketika saya pertama kali naik gunung dengan kebaya, saya berpikir ini cara kita melakukan sosialisasi mengenai kebaya kepada anak muda."
Begitu kata Rahmi dalam program talkshow "Travel Pakai Kebaya? Bisa Banget!" yang diadakan secara virtual pada Sabtu (5/9/2020) sore.
Namun, melakukan pendakian dengan bawahan kain tentu menyulitkannya bergerak. Untuk mencegah hal itu, Rahmi mengatur lilitan kain agar ia tetap bisa melanjutkan pendakian.
"Saya juga ikut Jambore Mapala UI tahun 1989 dengan berkebaya, melakukan pendakian ke gunung di Papua bersama Norman Edwin waktu itu," ujarnya mengisahkan.
Ketika mendaki Gunung Batur dan Gunung Semeru pun, Rahmi tetap setia memakai kebaya dan kain.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.