Sebaliknya, tim peneliti menemukan bahwa gejala paling umum pada orang dewasa adalah kelelahan, sakit kepala, batuk terus-menerus, sakit tenggorokan, dan kehilangan penciuman.
Spector mencatat bahwa dari anak-anak yang dites positif dan memiliki gejala, sekitar setengahnya tidak memiliki salah satu dari tiga gejala utama Covid-19 yang ada di daftar National Health Service.
Maka, orangtua perlu menyadari perbedaan gejala ini.
“Yang ingin kami lakukan di sini bukanlah mendorong anak-anak untuk menjalani tes, tetapi menjauhkan mereka dari sekolah (jika menunjukkan gejala),” katanya.
Spector mengatakan, perbedaan gejala berdasarkan usia mungkin karena adanya perbedaan cara sistem kekebalan tubuh dalam menanggapi virus.
Tim peneliti meminta orangtua melacak gejala anak-anak mereka melalui aplikasi untuk membantu tim menemukan wabah di sekolah dengan cepat.
Ketua Royal College of General Practitioners Prof Martin Marshall adalah salah satu pihak yang menyambut baik hasil penelitian ini. Menurutnya, temuan tim peneliti bisa bermanfaat bagi para dokter untuk menangani Covid-19 di lapangan.
"Memahami bahwa anak-anak mungkin menunjukkan gejala yang berbeda dengan orang dewasa berguna agar dokter dan tim, serta kolega spesialis anak kami mampu mengidentifikasi virus pada anak-anak dan meresponsnya dengan tepat,” kata dia.
Baca juga: Benarkah Cegukan Jadi Gejala Baru Infeksi Covid-19?
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.