Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Jarak 2 Meter Ternyata Tak Cukup Cegah Penyebaran Covid-19?

Kompas.com - 10/09/2020, 15:18 WIB
Nabilla Tashandra,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Sumber Healthline

Bicara soal udara dalam ruangan, pola aliran udara sangat memengaruhi tingkat penyebaran dan terkadang malah dapat memperburuk keadaan.

Menurut Capecelatro, ketika terjadi turbulensi misalnya, partikel virus akan mengelompok dan akan meningkatkan jumlah partikel yang mungkin kita hirup.

Selain beberapa penelitian yang secara khusus menganalisis penyebaran virus di beberapa lokasi di sejumlah negara, pandemi juga dilaporkan banyak terjadi di dalam ruangan, termasuk pusat kebugaran, rumah ibadah, tempat jasa pelayanan, dan lainnya.

Namun, banyak penelitian yang hanya mengamati laju aliran udara rata-rata, bukan fluktuasi pergerakan udara di dalam ruang.

Baca juga: Penting, Udara dalam Ruangan Harus Bersih Selama Pandemi

Dalam lift

Sebuah penelitian pracetak lain dari para peneliti di University of Minnesota College of Science and Engineering melihat lebih detail bagaimana virus corona menyebar di dalam ruangan ketika diembuskan oleh orang.

Mereka menganalisis tiga pengaturan khusus, yakni lift, ruang kelas kecil, dan supermarket.

Penelitian tersebut menemukan bahwa ventilasi yang baik dapat menghilangkan beberapa partikel virus dari udara, tetapi banyak yang akan berakhir di permukaan di dalam ruangan.

Penulis studi sekaligus seorang profesor teknik mesin di University of Minnesota, Jiarong Hong, PhD, mengatakan bahwa permukaan tersebut tidak sering dibersihkan, partikel tersebut dapat menempel di seseorang ketika mereka menyentuh permukaan.

Partikel juga bisa tersuspensi kembali di udara dan dihirup.

Dalam beberapa kasus, ventilasi yang buruk dapat menyebabkan “titik panas” alias hot spot, atau lokasi tempat partikel virus berkumpul.

Baca juga: Studi: Virus Corona Bisa Bertahan Lama di Udara dan Permukaan

Penelitian Hong menunjukkan cara memperbaiki beberapa masalah ini. Beberapa di antaranya adalah melihat seberapa ramai tempat tersebut, apakah orang-orang yang ada di sana disiplin mengenakan masker dan bagaimana aliran udaranya.

Untuk menekan tingkat penyebaran, salah satu hal yang bisa dilakukan adalah mempersingkat keberadaan kita di ruangan tersebut.

Model jaga jarak baru

Para penulis di penelitian BMJ menuliskan saran-saran jaga jarak baru yang dianggap bisa mengurangi risiko-risiko yang mereka temukan.

Risiko paparan sebetulnya bervariasi pada setiap tempat. Misalnya di pesta kebun, di mana orang-orang cenderung bisa saling berjauhan satu sama lain dan semua memakai masker, maka risikonya cenderung rendah.

Baca juga: Tertular Penjual, 8 Pembeli Soto Lamongan Positif Covid-19, Gugus Tugas: Padahal Sudah Pakai Masker

Orang-orang bisa saja berada di sana selama satu jam atau lebih dan masih berisiko rendah. Bahkan, mereka bisa berteriak atau bernyanyi. Namun, jika mereka melepas masker, risikonya cenderung lebih tinggi.

"Jika kita memakai masker, aturan jaga jarak dua meter masih sangat efektif. Namun, jika tidak, maka kita bisa saja terinfeksi virus dalam jarak dua meter," kata Capecelatro.

Tempat-tempat keramaian atau ruangan tertutup dengan ventilasi buruk juga merupakan contoh ruang dengan kemungkinan risiko lebih tinggi.

Hal terpenting yang perlu diingat adalah risiko penyebaran sangat bervariasi di setiap pengaturan tempat.

"Aturan umumnya adalah menjaga jarak dari seseorang untuk mengurangi kemungkinan kita menghirup tetesan yang mereka keluarkan," kata Capecelatro.

"Meskipun aturan dua meter sudah kita berlakukan sejak lama, tetapi setidaknya saat ini kita tahu bahwa di tempat-tempat tertentu kita mungkin harus menjaga jarak lebih dari itu."

Baca juga: Beredar Kabar Ruangan di RSD Wisma Atlet Terisi Penuh Pasien Covid-19, Begini Faktanya...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Sumber Healthline
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com