Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 11/09/2020, 17:41 WIB
Gading Perkasa,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebagai organ terbesar yang terdapat di tubuh, kulit kita rentan mengalami goresan dan luka. Luka pada kulit bisa terjadi di bagian-bagian seperti pergelangan tangan, telapak kaki, paha, dada, atau kepala.

Biasanya, jika mengalami luka kecil, kita hanya membiarkannya tanpa diobati. Padahal, jika tidak dirawat dengan baik, luka akan menjadi berbahaya.

"Luka bisa dianggap kronis jika tidak dirawat dengan benar, sehingga pada akhirnya luka akan melebar atau membesar," kata pakar penanganan luka dr. Adisaputra Ramadhinara, MSc, CWSP, FACCWS dalam live talk "Pertolongan Pertama Pada Luka ala Keluarga Hansaplast" pada Jumat (11/9/2020)

Menurut dia, masyarakat baru sadar akan pentingnya gaya hidup bersih dan sehat setelah dunia dilanda pandemi. Karena itu, penanganan luka pun seharusnya tidak boleh diremehkan. 

Luka yang dibiarkan terbuka, misalnya, akan gampang terpapar angin dan kuman, sehingga terasa perih.

Baca juga: Hati-hati, Ini Tanda Luka Sudah Terinfeksi

"Sama seperti Covid-19, luka yang dibiarkan bisa menyebabkan komplikasi, dan semakin sulit disembuhkan," katanya.

Ia menjelaskan, ketika kulit terluka, pertama-tama harus dibersihkan dulu dengan cairan pembersih luka berjenis polyhexamethylene biguanide (PHMB) agar luka tidak infeksi dan mengakibatkan iritasi.

Cairan pembersih luka antiseptik dengan kandungan PHMB cocok digunakan terutama untuk anak-anak yang takut lukanya terasa perih.

"Ambang rasa nyeri pada anak kecil itu rendah, jadi kalau kita memakai cairan pembersih antiseptik PHMB untuk anak, mereka tidak akan mengalami perih," ujarnya.

Alkohol tak dianjurkan

Di dunia kedokteran, lanjut Adisaputra, standar medis untuk penanganan luka adalah menggunakan cairan pembersih luka antiseptik yang bening atau tidak berwarna, supaya tidak memperburuk luka.

Baca juga: Antiseptik dan Air Bersihkan Udara dari Virus, Hoaks atau Fakta?

Ilustrasi.SHUTTERSTOCK Ilustrasi.

Jika tidak memakai cairan pembersih luka, rata-rata orang membersihkan lukanya dengan air liur atau ludah. Namun hal itu tidak dianjurkan.

"Mulut itu salah satu bagian tubuh yang menjadi tempat berkumpulnya banyak bakteri. Secara medis, kami tidak merekomendasikan air liur untuk mengobati luka karena tidak higienis," katanya.

Penggunaan cairan alkohol untuk membersihkan luka juga bukan pilihan yang baik, karena menurut dr. Adisaputra, alkohol dapat merusak kulit.

Baca juga: Kena Luka Bakar? Jangan Oles Pasta Gigi atau Odol, Ini Alasannya

"Memang alkohol bisa membunuh berbagai jenis bakteri, namun jaringan kulit yang baru juga ikut rusak. Alkohol bersifat disinfektan, gunanya membersihkan benda mati, tidak untuk luka."

Setelah luka dibersihkan, ia menyarankan agar kita menggunakan salep luka sebelum menutupi luka dengan plester. Fungsi salep luka adalah menjaga agar luka tetap lembap dan tidak mengalami kekeringan.

"Baru setelah itu kita tempelkan plester, yang selain menjaga kelembapan luka, juga mencegah bakteri masuk."

Biasanya, luka kecil akan sembuh dalam beberapa hari. Namun untuk luka berdarah, ia menyarankan untuk menekan daerah yang berdarah dengan kain bersih.

"Cara ini umumnya membuat pendarahan berhenti. Tapi, kalau darah terus mengalir, segera bawa ke rumah sakit karena ada kemungkinan pembuluh darah kita robek," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com