“Dalam beberapa kasus, saya merawat sejumlah anak laki-laki hingga usia delapan tahun yang masih mengalami 'kecelakaan' mengompol,” imbuhnya.
Ada kepercayaan di antara beberapa profesional, hal ini mungkin terjadi pada anak-anak tertentu.
Misalnya, penyandang ADHD (anak yang sulit memusatkan perhatian), atau anak-anak ini memang tidak ingin berhenti dari aktivitasnya, dan lantas menahan kencing terlalu lama.
Jika anak mengompol, baik Ruderman maupun Walfish menyarankan keluarga harus berkonsultasi dengan dokter.
Selain itu, mereka merekomendasikan beberapa strategi yang dapat dilakukan orangtua untuk membantu membimbing anak mereka saat kembali mengompol.
“Orangtua tidak boleh membuat keributan besar, mengkritik atau menghukum anak karena mengompol,” kata Walfish.
Sementara Ruderman menyarankan orangtua untuk tetap memberikan dukungan.
“Memastikan anak tahu mengompol bukanlah kesalahan mereka dan hindari kesalahan dan hukuman,” ucap dia.
Pastikan anak mendapatkan asupan cairan yang cukup sepanjang hari.
Baca juga: Susah Menahan Pipis sampai Mengompol di Usia Dewasa, Apa Penyebabnya?
Hal ini dapat membantu anak meningkatkan kapasitas kandung kemih dan memungkinkan anak-anak mengenali perasaan kandung kemih penuh, dan perlu ke kamar kecil.
“Anak-anak yang tidak minum sepanjang hari mungkin kelebihan cairan setelah sekolah dan di malam hari, maka risiko mengompol di malam hari pun jadi membesar,” kata Ruderman.
Selain itu, kafein harus dihindari sebelum tidur karena bersifat diuretik.
Beri anak-anak stiker dan bimbing anak untuk mengosongkan kandung kemih sebelum waktu tidur dan minum cairan sepanjang hari.
"Bimbingan harus dilakukan untuk (anak) tetap berpegang pada rutinitas, tidak harus langsung meminta anak tidak mengompol di malam hari,” kata Ruderman.
Mintalah anak berpartisipasi dalam pembersihan diri sehingga ia memahami bagaimana sulitnya membereskan bekas ngompolnya sendiri.