TULISAN ini terinspirasi dengan adanya polemik di medsos antara Eka Kurniawan dan Ivan Lanin, yang memperdebatkan tentang “kata” yang netral dan tidak netral.
Eka mengatakan bahwa “kata” tidak netral, sedangkan Lanin mengatakan bahwa “kata” itu netral.
Tetapi dalam kolom ini saya ingin mengupas lebih dari kata, yaitu “kuasa kata-kata” yang keluar dari mulut kita.
Apa yang kita ucapkan, baik yang positif maupun yang negatif kelak akan menjadi bumerang. Artinya, setiap kata-kata yang keluar secara sembrono atau takabur, bagaikan menabur angin menuai badai.
Kata-kata
Sering kejadian orangtua memarahi anaknya dengan kata-kata tajam: anak bodoh! Otakmu ada di mana sih, di dengkul? Tuh anak tetangga lebih pintar, tapi kamu kok bego amat sih! Malas belajar, main mulu! Dasar anak bandel!
Kata-kata negatif yang meluncur deras dengan penuh emosi ini, tumpah begitu saja tanpa memperhitungkan efek psikologis anak.
Kata-kata inilah yang dimaksudkan dengan kuasa kata-kata. Kata-kata negatif yang disemprotkan pada anaknya akan terekam pada diri anak tersebut.
Anak yang sering dibilang malas atau bodoh, cenderung menjadi anak yang pasif, kurang kreatif, tidak bersemangat, bahkan dapat menjadi pribadi yang kurang percaya diri.
Orangtua yang sering mengatakan anaknya anak bandel, lama kelamaan anak itu akan berperilaku bandel. Bahkan, disinyalir suka melawan, membangkang.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.