KOMPAS.com— Survei daring Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) selama April-Mei 2020 terhadap lebih 20.000 keluarga di Indonesia menunjukkan, 95 persen keluarga mengalami stres akibat pandemi dan pembatasan sosial yang dilakukan guna mencegah penyebaran Covid-19.
Stres bisa dialami siapa saja, mulai dari orang lanjut usia hingga anak-anak. Pengaruhnya pada masing-masing orang beragam, mulai dari kesulitan tidur, tidak nafsu makan, hingga tidak bersemangat melakukan aktivitas sehari-hari.
Ada beberapa cara untuk mengatasi dan mengurangi stres. Misalnya saja melakukan hobi, bergabung dengan komunitas yang memiliki minat sama, hingga menguatkan ikatan dan komunikasi antar anggota keluarga.
Manajemen stres merupakan kunci untuk mengendalikan agar rasa cemas dan takut kita tidak berlebihan hingga menganggu fungsi sehari-hari.
Baca juga: Orangtua Baru Juga Perlu Self Care
Berikut adalah kesalahpahaman tentang manajemen stres:
1. Manajemen stres adalah tentang menghilangkan stres
Banyak orang memberikan saran kepada orang yang sedang mengalami kecemasan dengan mengatakan, "hilangkan semua stres yang kamu rasakan".
Padahal untuk situasi tertentu, stres sebenarnya bisa jadi pendorong untuk mencapai tujuan. Lagi pula, tidak mungkin menghilangkan semua penyebab stres.
Jadi, pendekatan yang lebih baik adalah menerima stres sebagai bagian dari kehidupan dan kemudian mencoba mengevaluasi apa yang dapat dikendalikan. Misalnya, respon kita, ekspektasi, atau pikiran buruk kita.
Untuk hal-hal yang tak bisa kamu kendalikan, buatlah strategi khusus. Hal ini mungkin butuh waktu, namun bisa dihadapi.
Baca juga: Covid-19: Ujian Kesehatan, Kesadaran, dan Kewarasan
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.