Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
drg. Citra Kusumasari, SpKG (K), Ph.D
dokter gigi

Menyelesaikan Program Doktoral di bidang Kariologi dan Kedokteran Gigi Operatif (Cariology and Operative Dentistry), Tokyo Medical and Dental University, Jepang.

Sebelumnya, menempuh Pendidikan Spesialis Konservasi Gigi di Universitas Indonesia, Jakarta dan Pendidikan Dokter Gigi di Universitas Padjadjaran, Bandung.

Berpraktik di berbagai rumah sakit dan klinik di Jakarta. Ilmu karies, estetik kedokteran gigi, dan perawatan syaraf gigi adalah keahliannya.

Material Terkini untuk Penambalan Gigi Berlubang di Jepang

Kompas.com - 23/09/2020, 19:10 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Prevalensi kasus gigi berlubang di dunia masih menjadi permasalahan penyakit mulut yang mendunia. Survei bank data kesehatan mulut dunia menyatakan bahwa, prevalensi gigi berlubang baik usia tua maupun muda berada dalam kisaran 49-83 persen.

Berdasarkan data yang dikumpulkan dari berbagai survei menunjukkan usia 12-19 tahun memiliki prevalensi tertinggi untuk kasus gigi berlubang.

Di Jepang, pada tahun 2016 prevalensi kasus gigi berlubang pada anak usia 5 tahun mencapai 39 persen. Namun, prevalensi kasus gigi berlubang di Jepang terus menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya untuk usia muda dan tua.

Bagaimana Jepang menurunkan prevalensi gigi berlubang dan apa yang dilakukan untuk merawat gigi yang sudah terlanjur berlubang.

Sistem Kesehatan di Jepang

Jepang termasuk negara yang memiliki kesejahteraan dan sistem kesehatan publik yang berkembang dengan baik. Jepang memperkenalkan sistem asuransi kesehatan universal untuk seluruh penduduk pada tahun 1961.

Sistem tersebut mencakup hampir semua perawatan medis, gigi, serta farmasi yang diperlukan oleh masyarakat. Pada tahun 2000, Jepang memprakarsai asuransi perawatan jangka panjang untuk memberikan kesehatan dan kesejahteraan bagi masyarakat lanjut usia.

Baca juga: Jepang Buka Travel Bubble dengan Lima Negara Asia, Ada Indonesia?

Pada tahun 2010, Jepang menetapkan program nasional untuk tahun 2010 di sembilan bidang khusus untuk meningkatkan gaya hidup yang sehat, mengurangi faktor risiko, dan mengurangi penyakit.

Program nasional ini dikenal dengan “Healthy Japan 21”. Indikator yang berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut pada program “Healthy Japan 21” antara lain:

1. Pemeliharaan dan peningkatan fungsi mulut
2. Pencegahan gigi tanggal
3. Pencegahan penyakit periodontal
4. Pencegahan gigi berlubang
5. Pemeriksaan gigi dan mulut berkala

Sasaran program kesehatan gigi dan mulut di Jepang mencakup segala faktor usia. Mulai dari Ibu hamil sampai dengan anak usia 6 tahun.

Program nasional ini digratiskan oleh pemerintah, dan semua data kesehatan dilaporkan ke departemen kesehatan dan dipublikasikan setiap tahun.

IlustrasiShutterstock Ilustrasi

 

Bagi anak usia sekolah dasar sampai dengan sekolah menengah atas, pemeriksaan gigi dilakukan di sekolah oleh setiap dokter gigi di sekolah tersebut, termasuk pemberian edukasi mengenai pencegahan gigi berlubang dan kesehatan gusi.

Selanjutnya, survei dan data pemeriksaan gigi dikumpulkan dan dipublikasikan setiap tahun oleh Kementerian Pendidikan.

Baca juga: Perawatan Alternatif Gigi Berlubang Tanpa Dibor dan Ditambal

Program kesehatan gigi dan mulut untuk populasi usia dewasa didasarkan pada tanggung jawab setiap individu untuk melakukan perawatan.

Meski pun sistem asuransi telah berkontribusi pada kemudahan akses perawatan gigi bagi populasi usia dewasa, namun proporsi kunjungan rutin ke klinik gigi tidak tinggi.

Oleh karena itu, kelompok usia ini masih perlu didorong untuk mengunjungi dokter gigi secara teratur untuk mencegah penyakit gigi.

Jepang dikenal sebagai negara yang banyak memiliki masyarakat dengan usia sangat lanjut atau “super aging society”.

Pada tahun 1989, Kementerian Kesehatan dan Asosiasi Kedokteran Gigi Jepang membuat kampanye nasional bertajuk kampanye delapan puluh-dua puluh atau “8020 (Eighty-Twenty) Campaign”.

Baca juga: Resep Panjang Umur dari Orang Tertua di Dunia

 

Angka 80 menandakan angka harapan hidup rata-rata orang Jepang saat itu, dan angka 20 mengindikasikan angka kiritis dari jumlah gigi asli yang diharapkan masih tetap ada, yang berfungsi untuk menjaga kelangsungan hidup melalui makan dan mengunyah.

Perawatan Gigi Berlubang di Jepang
Pedoman perawatan gigi berlubang dilakukan berdasarkan kedalaman gigi berlubang tersebut.

Dalam melakukan penentuan lokasi dan luasnya gigi berlubang, selain dilakukan pemeriksaan secara klinis setelah gigi dibersihkan dan dikeringkan.

Juga dilakukan pemeriksaan faktor risiko terjadinya gigi berlubang pada pasien, serta pemeriksaan foto radiografis untuk mengetahui gigi berlubang yang tidak terlihat secara klinis.

Setelah mengetahui diagnosis gigi berlubang tersebut, maka dilakukan pembuangan jaringan gigi yang terinfeksi dengan menggunakan material pewarna untuk bagian gigi yang terinfeksi atau dikenal dengan “caries detector dyes”.

Pada kasus gigi berlubang yang cukup dalam, namun belum mencapai ruang saraf gigi maka dilakukan penambalan menggunakan bahan tambal dan sistem adhesif (sistem perekat) self-etch.

Baca juga: Cegah Gigi Berlubang, Sikat Gigi Saja Tidak Cukup

Salah satu merk perekat gigi self-etch yang dipakai di Jepang.kuraraynoritake Salah satu merk perekat gigi self-etch yang dipakai di Jepang.

Material terkini untuk penambalan gigi berlubang di Jepang

Dalam melakukan penambalan gigi, bahan tambal komposit sewarna gigi memerlukan bahan perantara untuk merekatkan ke lapisan gigi.

Bahan tersebut disebut sistem perekat gigi, yang berfungsi mengondisikan gigi supaya gigi siap menempel dengan bahan tambal gigi. Salah satu jenis sistem perekat gigi adalah self-etch satu langkah yang menggunakan monomer kimia asam, tanpa harus dibilas air setelah pengaplikasiannya.

Sistem ini adalah sistem perekat terbaru yang berkembang di Jepang. Sistem perekat ini begitu populer karena dapat menghemat waktu perawatan, mengurangi rasa sensitif gigi pada saat dilakukan penambalan, dan kekuatan rekatnya ke gigi juga sangat baik.

Setelah diaplikasikan bahan perekat gigi, selanjutnya adalah menempatkan bahan tambal gigi.

Baca juga: Kenali Penyebab dan Tanda Gigi Berlubang pada Anak

 

Salah satu bahan tambal gigi yang terbaru di Jepang, adalah komposit omnichroma, bahan tambal sewarna gigi yang bersifat universal yang pertama ada di dunia.

Secara estetika, cocok untuk setiap warna gigi pasien hanya dengan satu warna bahan tambalan.

Terbuat dari filler supra-nano yang berukuran sama, memungkinkan omnichroma dapat menyesuaikan warna dengan seluruh 16 warna gigi dasar, teknologi ini disebut smart chromatic technology6.

Kelebihan lainnya antara lain, memiliki sifat mekanis yang baik, ketahanan aus yang tinggi, kekuatan tekan yang tinggi, serta mudah diaplikasikan ke gigi.

Drg. Citra Kusumasari, SpKG (K), PhD.
Tokyo Medical and Dental University

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com