Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Janda Bolong Meroket, Pakar Unpad Angkat Bicara...

Kompas.com - 28/09/2020, 08:16 WIB
Reni Susanti,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Akhir-akhir ini masyarakat dihebohkan dengan harga tanaman Janda Bolong atau Monstera Adansoni Variegata yang meroket hingga ratusan juta rupiah.

Baca juga: Harga Meroket, Janda Bolong Ternyata Mudah Dirawat dan Dibiakkan

Harganya kini memang bisa mencapai ratusan juta. Bahkan, untuk Janda Bolong berukuran kecil saja, harganya mencapai Rp 6 jutaan.

Lalu, jika ukurannya sudah cukup besar, tanaman hias ini akan dihargai per helai daun.

Fenomena serupa pernah terjadi beberapa tahun lalu saat tanaman Anthurium menduduki harga yang tak kalah "gilanya".

Dosen Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran (Unpad), Bandung, Syariful Mubarok mengatakan, tanaman hias berdaun indah ini termasuk dalam Familia Aracae.

Baca juga: Tanaman Janda Bolong Cocok untuk Pemula Berkebun

Syariful mengungkapkan, bentuk tanaman Monstera ini memiliki keindahan pada daunnya yang memiliki lubang.

“Terkhusus pada jenis Variegata ini yang memiliki warna unik pada daun yaitu hijau putih, maka tidak heran dapat bernilai julai tinggi.”

Demikian diungkapkan Syariful seperti dikutip dari laman resmi ketik.unpad.ac.id, Minggu (27/9/2020).

Lebih jauh, pria yang bergelut di Departemen Budidaya Tanaman ini menyatakan, harga tanaman ini melambung naik bukan karena teknik budidaya yang sulit.

Permainan harga

Menurut dia, nilai jual Janda Bolong yang mencapai ratusan juta saat ini merupakan bentuk dari permainan harga semata.

“Ini hanya sebatas dari permainan dagang atau harga untuk tanaman hias,” kata Syariful.

Ia menambahkan, fenomena ini pernah terjadi pada sekitar tahun 2007. Pada saat itu kenaikan harga fantastis pun pernah dialami oleh Anthrium Gelombang Cinta.

Syariful menjelaskan, jika sudah banyak yang produksi tanaman ini, maka akan mengakibatkan harga di pasaran menjadi turun drastis.

Baca juga: Di Balik Mahalnya Janda Bolong, Apa yang Terjadi?

“Saya pun menakutkan hal tersebut terjadi pada monstera ini, setelah banyak dibudidayakan dan jumlahnya meningkat di masyarakat mengakibatkan harga turun,” tutur Syariful lagi.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com