Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - Diperbarui 30/09/2022, 11:18 WIB
Nabilla Tashandra,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Dengan demkian, jika kita baru menjalani pola makan baru yang secara drastis mengurangi kelompok makanan tertentu, tetaplah fokus memenuhi kebutuhan cairan harian.

Melihat warna urin juga bisa menjadi cara untuk mengetahui apakah tubuh mengalami dehidrasi.

3. Makan terlalu banyak garam

Internis yang juga asisten profesor kedokteran klinis di Rutgers New Jersey Medical School, Ron Weiss menjelaskan, ginjal memproses kelebihan garam, dan akan mengalihkannya ke urin.

Pada akhirnya akan menarik cairan dari darah. "Dan kemudian kita akan buang air kecil secara berlebihan," ungkap Weiss.

Proses ini dapat terjadi hanya dalam beberapa jam jika kita makan makanan tinggi sodium.

Weiss menambahkan, otak kita kemudian akan memberi sinyal haus untuk kembali mendapatkan air.

Jika makan makanan tinggi natrium terlalu sering, tubuh bisa mengalami dehidrasi kronis dan berpotensi membuat kita mengalami darah tinggi.

Bahkan ada risiko kerusakan ginjal atau jantung dalam jangka panjang.

4. Mengira lapar, padahal haus

Kita sering salah menduga bahwa rasa lapar yang kita rasakan sebetulnya adalah rasa haus. Apakah berlaku sebaliknya?

Menurut Sassos, banyak gejala dehidrasi seperti kelelahan dan pusing juga mirip dengan rasa lapar.

Oleh karena itu, penting untuk mendengarkan tubuh untuk mengetahui apa yang dibutuhkannya.

5. Mulut kering

Weiss mengatakan, asupan kafein, merokok serta antihistamin yang dijual bebas atau obat flu, dapat memperburuk kasus mulut kering.

Baca juga: Tanda Dehidrasi Tak Cuma Haus

Para ahli medis di Mayo Clinic mengatakan, selain memperbanyak minum, mereka yang menderita mulut kering juga bisa mengunyah permen karet bebas gula untuk merangsang air liur.

Beberapa obat-obatan juga dapat membantu meredakan mulut kering jika tidak satu pun dari solusi ini berhasil.

6. Prediabetes atau diabetes tipe 2

Sebagian besar, diabetes tipe 2 atau dikenal sebagai diabetes mellitus terjadi karena ginjal berada di bawah tekanan lebih untuk menyerap kelebihan glukosa.

Weiss menjelaskan, ketika ginjal tidak dapat mengimbangi, glukosa berakhir dibuang melalui urin dan menyeret air bersamanya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com