Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyakit Gagal Jantung, Lebih Baik Mencegah daripada Mengobati

Kompas.com - 29/09/2020, 18:12 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com – Penyakit gagal jantung di Indonesia diperkirakan diderita oleh 5 persen dari populasi dan usia pasien cenderung lebih muda (58 tahun) dibanding pasien di negara Asia Tenggara lainnya.

Walau tingkat kesakitan dan kematian penyakit gagal jantung sangat tinggi, namun dengan obat-obatan generasi baru angka harapan hidup pasien bisa ditingkatkan. 

Gagal jantung terjadi ketika kondisi jantung seseorang bermasalah atau memiliki kelainan dalam menjalankan fungsinya untuk memompa darah ke seluruh tubuh.

“Darah yang dipompa tidak mampu lagi mencukupi kebutuhan seluruh jaringan tubuh. Akibatnya pasien mengalami gejala seperti mudah lelah dan sesak napas saat beraktivitas. Berat ringannya gejala tergantung tahapan atau stage gagal jantung,” kata dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Siti Elkana Nauli.

Gangguan fungsi jantung tersebut bisa terjadi pada pasien dengan serangan jantung, kelainan otot atau katup jantung, detak jantung yang tidak beraturan, kelainan jantung bawaan, atau karena infeksi.

Baca juga: Waspadai Gagal Jantung! Ketahui Ciri-ciri Sakit Jantung

Pencegahan

Gagal jantung bisa dicegah dengan mengendalikan faktor risikonya, yaitu hipertensi, penyakit jantung koroner, dan diabetes yang tidak terkontrol.

Menurut dr Siti, pemilihan obat untuk pasien sejak awal terdiagnosis harus tepat, entah itu pasien hipertensi, diabetes, atau penyakit jantung koroner.

Deteksi dini dengan melakukan medical check up perlu dilakukan mengingat usia penderita jantung saat ini relatif muda, yakni 30-40 tahun.

Jika pasien memiliki faktor risiko gagal jantung, maka dicegah untuk tidak menjadi gagal jantung dengan memberikan terapi terbaik.

Baca juga: 8 Olahraga untuk Jantung yang Mudah Dilakukan

Pengobatan mahal

Terapi standar untuk gagal jantung adalah dengan obat-obatan, pemasangan alat di jantung, dan tranplantasi jantung.

Namun untuk dua terapi terakhir, biayanya sangat tinggi. Pemasangan alat pacu jantung terbaru dan advance seperti left ventricular assist device (LVAD) dan transplantasi jantung bahkan belum tersedia di Indonesia.

Pengobatan terkini untuk pasien gagal jantung adalah menggunakan obat antidiabetes golongan SGLT2 Empagliflozin.

Dijelaskan oleh Prof.dr. Ketut Suastika dari Fakultas Kedokteran Udayana Bali, awalnya obat ini memang untuk diabetes, tetapi dalam perkembangannya obat ini tak cuma efektif menurunkan gula darah, tapi juga efek lain pada pembuluh darah.

“Obat ini bisa membantu mengeluarkan kelebihan garam melalui ginjal, memperbaiki tekanan darah, dan mengurangi kegemukan, dan banyak efek manfaat lain, termasuk menekan peredangan. Semua itu semua berkontribusi pada perbaikan gejala gagal jantung, baik pada pasien diabetes maupun nondiabetes,” jelas Prof. Suas.

Baca juga: Cara Kendalikan Diabetes dan Gula Darah dengan Olahraga

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com