Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jarang Cuci Pakaian Hingga Cermat Pilih Bahan, Cara Menjaga Bumi Lewat Busana

Kompas.com - 30/09/2020, 18:48 WIB
Wisnubrata

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Kamu tentu tidak menyangka jika pakaian dan item busana lainnya adalah salah satu penghasil limbah terbesar di Bumi ini. Ya, pakaian yang kita pakai memang menghasilkan limbah, baik saat pembuatannya, maupun nanti setelah dibuang menjadi sampah.

Bahkan menurut penelitian Ellen MacArthur Foundation, sebanyak satu truk tekstil atau pakaian dibuang di dunia ini setiap detik. Terbayang kan betapa banyaknya limbah pakaian ini.

Padahal limbah pakaian melepaskan setengah juta ton serat mikro ke laut setiap tahun, atau setara dengan lebih dari 50 miliar botol plastik. Serat mikro ini sulit dibersihkan dan kemungkinan besar masuk ke rantai makanan.

Tidak hanya itu, industri fesyen juga menghasilkan emisi gas lebih merusak dibanding gabungan industri pelayaran dan penerbangan.

Belum lagi jika kita bicara soal air yang diperlukan untuk membuat pakaian, dari bahan baku hingga jadi.

Menurut Institut Lingkungan Stockholm, diperlukan 10.000 liter air untuk menghasilkan 1 kg kapas, bahan utama pakaian katun yang sering kita pakai.

Lalu apa yang bisa kita lakukan untuk mengurangi dampak terhadap lingkungan akibat pakaian?

Tidak membeli bila tidak perlu

Ketahuilah bahwa pakaian yang sedang tren saat ini bisa jadi ketinggalan mode pada satu atau dua tahun ke depan. Terutama bila gaya dan potongannya cenderung nyleneh.

Artinya saat ingin membeli busana yang sedang trendi, pikirkan apakah kamu akan memakainya dalam jangka waktu panjang? Atau mungkin akan membuangnya tahun depan karena tidak cocok lagi mengingat saat ini dalam setahun ada 52 musim fesyen.

Daripada mengikuti tren yang tidak pernah berhenti dan selalu berubah, lebih baik membeli baju sesuai kebutuhan dan sesuai gaya pribadi. Pakaian yang benar-benar disukai dan sesuai dengan style seseorang, biasanya akan lebih sering dipakai sehingga membelinya tidak sia-sia.

Atau jika kamu ragu, pilihlah gaya klasik yang tidak pernah ketinggalan jaman dan bisa dipakai kapan saja.

Baca juga: Hindari 5 Hal Ini Saat Membeli Pakaian

Memilih bahan ramah lingkungan

Kebanyakan busana dibuat menggunakan katun, wol, sutra, nilon, dan bahan lain. Semua bahan ini perlu proses untuk membuatnya, baik lewat penanaman, pemeliharaan, atau pemrosesan sampai menjadi barang siap pakai.

Sayangnya proses itu menghasilkan limbah yang tidak sedikit, dan membutuhkan sumber daya besar, terutama air.

Menurut Levi's Product Lifecycle Assessment, celana jeans katun menggunakan 3.781 liter air dalam siklus hidupnya; 70 persen dari air itu hanya untuk pertanian kapas.

Karenanya beberapa brand kemudian mencari alternatif bahan lain yang lebih ramah lingkungan. Contohnya adalah Levi's yang sejak Maret tahun lalu memperkenalkan bahan baru untuk produknya, yaitu semacam serat rami (hemp) yang diolah menjadi seperti katun (cottonized hemp).

"Bahan cottonized hemp berasal dari tumbuhan hemp yang tumbuh lebih cepat dibanding pohon kapas, hanya membutuhkan sedikit air, dan membuat tanah lebih sehat karena tidak menggunakan pestisida," ujar Country Head Marketing PT Levi Strauss Indonesia Adhita Idris dalam konferensi pers online Selasa (29/9/2020).

"Cottonized hemp yang dikembangkan khusus untuk Levi’s menghasilkan benang halus yang mudah ditenun menjadi bahan untuk produk ramah lingkungan sekaligus bergaya, seperti celana jeans," lanjutnya.

Menurut Institut Lingkungan Stockholm, hanya dibutuhkan sekitar 300-500 liter air untuk menghasilkan 1 kg bahan rami kering, jauh lebih sedikit dibandingkan keperluan 10.000 liter air untuk menghasilkan 1 kg kapas.

Meski begitu, karena katun masih menjadi bahan utama untuk pakaian, maka perusahaan seperti Levi's juga mengembangkan budidaya kapas yang memerlukan lebih sedikit air, serta menjadikan proses produksi lebih hijau.

Dalam jangka panjang, pilihan menggunakan rami atau bahan lain akan membantu memerangi kelangkaan air, ancaman yang berkembang di seluruh dunia di masa mendatang.

Baca juga: Cottonized Hemp, Bahan Ramah Lingkungan untuk Koleksi Terbaru Levis

Memakai pakaian lebih lama

Busana yang dibeli hanya karena mode, mungkin tidak akan dipakai lama. Menurut Ellen MacArthur Foundation, diperkirakan sekitar Rp 7,5 quadriliun hilang setiap tahun karena pakaian yang sudah dibeli tapi nyaris tidak dipakai dan tidak didaur ulang.

Penelitian juga menyatakan bahwa kebanyakan pakaian akan dibuang setelah dipakai hanya tujuh hingga sepuluh kali pemakaian.

"Bayangkan jika tujuh dari 10 jeans dibuang setiap tahun. Rata-rata konsumen per tahun akan membuang air minum selama 31 tahun," kata wakil presiden inovasi produk Levi's, Paul Dillinger beberapa tahun lalu.

Karenanya kita perlu memperpanjang usia pakai busana kita, dan menggantinya jika benar-benar sudah rusak. Bahkan bila kerusakannya hanya sedikit, kita disarankan untuk memperbaikinya saja.

Baca juga: Kurangi Limbah Pakaian Mulai dari Lemari Pakaian Sendiri

Mendaur ulang

Bagaimana bila pakaian masih bagus namun sudah tidak cukup lagi di badan atau sudah ketinggalan mode? Nah, untuk ini kita bisa mendaur ulang menjadi benda lain, seperti tas, mainan, boneka, atau hiasan.

Daur ulang tidak melulu dilakukan pada bahan kain dari pakaian, namun juga bisa memanfaatkan kancing, ritsleting, tali dan lainnya.

Tidak terlalu sering mencuci

Dikutip dari laporan World Wild Life, sekitar 1,1 miliar orang di seluruh dunia tidak memiliki akses ke air bersih, dan sebanyak 2,7 miliar mengalami kelangkaan air setidaknya selama satu bulan tiap tahun. Ini adalah krisis yang akan terus meningkat jika kita tidak mulai bertindak sekarang.

Salah satu hal yang bisa kita lakukan adalah menghemat air dengan tidak terlalu sering mencuci beberapa jenis bahan pakaian, terutama jeans. Untuk bahan denim, Adhita Idris menyebut tiga kunci perawatan jeans yaitu wash less, wash cold, dan line dry.

Wash less artinya jangan terlalu sering dicuci. "Jadi untuk pemakaian sepuluh kali baru dicuci, sedangkan kalo ada noda kecil, cukup bersihkan di bagian yang kotor menggunakan sikat gigi halus dan sabun," ujarnya.

Tentu saja hal ini menyesuaikan kondisi ya. Bila denim kamu kotor dan berpotensi membawa penyakit, terutama di saat pandemi seperti sekarang ini, tentu lebih baik mencucinya setelah dipakai di luar.

Sementara wash cold mengacu pada penggunaan air dingin saat mencuci. Selain menjaga jeans agar tetap bagus, memakai air dingin juga lebih hemat energi, serta mengurangi larutnya serat mikro yang akan mengotori air.

Lalu untuk mengeringkannya, Adhita menyarankan agar kita membalik pakaian yang akan dijemur, bagian luar di dalam, dan menggantungkan di tempat berangin (line dry). Tidak perlu menggunakan mesin pengering karena selain merusak pakaian, juga boros energi.

Baca juga: Cara Benar Mencuci Bahan Jeans

Mendonasikan

Bila kamu memang tidak akan memakai kembali suatu item fesyen, kamu bisa memberikan pada orang lain yang suka atau butuh.

Atau jika kamu tidak rela sekedar mendonasikan, kamu bisa mengajak kenalan untuk menukarnya dengan busana lain. Tentu sebaiknya memilih orang yang benar kita kenal agar kebersihan dan kesehatan terjaga.

Pilihan lain adalah menjualnya bila barang yang kamu miliki termasuk item yang disukai. Beberapa brand, bahkan laku dijual kembali meskipun terhitung sebagai barang bekas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com