"Semakin banyak emosi yang ditimbulkan suatu situasi, semakin kita mengingatnya,” kata Madan, seperti dilansir Very Well Mind.
Namun, karena kebanyakan dari kita tidak meninggalkan rumah, kita mengalami lebih sedikit rentang emosi, yang juga mengurangi penanda waktu yang disimpan ke dalam ingatan kita. Ini semua dapat merusak persepsi waktu.
Otak kehilangan rutinitas
Salah satu permasalahannya adalah otak kehilangan rutinitas.
"Banyak orang mengalami insomnia, kecemasan, bahkan depresi di masa pandemi karena kurangnya sosialisasi, kurang waktu di luar rumah dan perasaan bahwa semua tujuan hidup rasanya terhenti," ungkap Ahli saraf di New York City dan Universitas Colombia, Dr. Sanam Hafeez, PsyD.
Otak punya cara berbeda untuk bereaksi terhadap hal ini. Banyak orang dapat beradaptasi, tetapi sebagian orang menganggap ini adalah waktu yang sangat sulit karena hilangnya rutinitas.
Ketika hari-hari mulai terlihat sama dan kita tidak meninggalkan rumah untuk pergi bekerja, sekolah, berbelanja, atau berolahraga di pusat kebugaran, kita mulai merasa terjebak dalam keadaan kita sendiri.
Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan agar persepsi waktu dapat kembali normal, di antaranya: