Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/10/2020, 09:28 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

KOMPAS.com - Memilah sampah organik dan non-organik mungkin terdengar mudah, namun sulit untuk dipraktikkan secara konsisten.

Sampah organik adalah sampah yang mudah terurai, oleh karena itu sebaiknya tidak disatukan dengan sampah non-organik. Apalagi sampah organik bisa diolah lagi menjadi pupuk kompos yang nantinya bisa dimanfaatkan kembali untuk menananm bahan-bahan makanan.

Pola ini sudah lama dijalankan oleh penyanyi sekaligus pegiat lingkungan, Rara Sekar. Sejak 2016, Rara sudah mendalami isu gaya hidup berkelanjutan, termasuk berkebun di rumah dan mengolah kompos dari sampah rumah tangga.

Rara Sekar berpose di depan kebunnya di Wellington, New Zealand.Instagram @rarasekar Rara Sekar berpose di depan kebunnya di Wellington, New Zealand.

Ia biasa menyimpan wadah sampah organik di kiri wastafel untuk nantinya dimasukkan ke ember atau composter. Jika ingin menirunya, kamu juga bisa meletakkan wadah tersebut di samping tempat mencuci piring.

"Harus dipilah dulu. Setelah dipilah masukkan ke dalam wadah. Buat rumah tangga-rumah tangga yang baru mulai, beli composter atau semacam ember bekas cat."

Demikian diungkapkan Rara dalam peluncuran virtual Re.juve Care, Senin (05/10/2020).

Ketika dimasukkan ke dalam ember, buat komposisi 60 persen cokelat (sampah organik kering, seperti daun kering) dan 40 persen hijau (sampah organik segar, seperti kulit buah, sida sayur dan sisa makanan).

"Tapi jangan masukkan yang hewani seperti tulang ayam," tambahnya.

Sistem composting di rumah Rara Sekar.Dok. Rara Sekar Sistem composting di rumah Rara Sekar.

Setiap beberapa hari sekali, buka wadah tersebut untuk diaduk dan membiarkan udara masuk. Lalu diamkan selama tiga bulan hingga bisa menjadi pupuk kompos.

"Tapi harus siap berkenalan dengan hewan-hewan yang akan muncul, ya," selorohnya.

Baca juga: Yuk, Mulai Traveling Tanpa Jejak Sampah

Kampanye Re.Juve Cares
Dalam kesempatan yang sama, brand cold-pressed juice, Re.juve memperkenalkan kampanye "Re.juve Cares", sebagai upaya integrasi dan menyeluruh perusahaan dalam memberi manfaat terbaik bagi kesehatan tubuh, bumi dan masyarakat, serta dukungan terhadap gaya hidup berkelanjutan.

Ada beberapa pesan yang disampaikan lewat kampanye ini, salah satunya agar masyarakat lebih peduli pada sampah.

Re.juve bekerja sama dengan KOMPIS, untuk mengolah sampah buah dan sayuran sisa produksi menjadi maggot pakan ternak bernilai tinggi.

Selain itu, Re.juve juga menyampaikan komitmen untuk tidak menambah sampah plastik baru.

Sejak Januari 2020 lalu, Re.juve telah mengubah seluruh kemasan botol plastik minumannya dengan 100 persen plastik Recycled-PET yang aman untuk makanan dan minuman.

Nah, masyarakat juga bisa berpartisipasi dalam mengelola sampah di rumahnya dengan mengembalikan botol kosong Re.juve. sebab mulai April 2019, Re.juve telah menjalankan program Bring Back Your Empty Bottle.

Baca juga: Menilik Permasalahan Sampah Plastik yang Semakin Pelik

Botol-botol tersebut nantinya akan diserahkan ke Bank Sampah untuk diolah menjadi hasil akhir seperti bahan tekstil dan perkakas rumah tangga yang bernilai tinggi.

"Kami berharap Re.juve Cares dapat menginspirasi dalam upaya kita menuju gaya hidup berkelanjutan, yang dapat diterapkan tidak hanya sekarang di masa pandemi ini,
tapi juga nantinya setelah kita benar-benar kembali ke situasi normal,” ungkap CEO dan Presiden Direktur Re.juve, Richard Anthony.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com