Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/10/2020, 22:07 WIB
Dwi NH,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

Sering kali banyak warga yang menunda kebutuhan cuci tangan karena fasilitas cuci tangan pakai sabun tidak mudah ditemukan.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2019, menunjukkan hanya 76,07 persen penduduk Indonesia yang memiliki akses fasilitas cuci tangan umum dengan menggunakan sabun.

Adapun dari 34 provinsi, tidak ada satupun provinsi yang mencatat angka di atas 90 persen. Bahkan dilansir dari Jakarta Post, Selasa (24/3/2020), Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta baru mencapai 73,18 persen dalam akses fasilitas cuci tangan.

Baca juga: BNPB: Waspadai Cuaca Ekstrem Selama Peralihan Musim

Dalam situasi yang tidak biasa seperti sekarang, masker dan fasilitas cuci tangan perlu hadir dengan jumlah yang juga tidak biasa.

Pihak pemerintah patut mempertimbangkan untuk mengupayakan dua atau lebih fasilitas umum cuci tangan pakai sabun di setiap satuan terkecil dalam masyarakat seperti di tingkat RT.

Selanjutnya, untuk pertanyaan serupa juga dapat kita ajukan terkait protokol menjaga jarak aman.

Dalam mengatasi kondisi ini diperlukan aparatur negara dengan dukungan relawan untuk hadir mengingatkan setiap terjadi kerumunan.

Adapun kehadiran petugas dan relawan ini adalah solusi sementara hingga kesadaran masyarakat semakin terbentuk.

Baca juga: Belum Ada Hotel yang Mau Isolasi Pasien Covid-19, Wali Kota Depok Minta Dibantu BNPB

Penerapan 3M lewat sosial media dan fasilitas publik

Pada era modern ini, sosial media berperan aktif dalam menyuarakan penerapan 3M pemerintah selain dengan menggemborkan ajakan terbuka dalam bentuk fasilitas publik.

Fasilitas publik seperti spanduk, poster dapat dipasang pada setiap mulut gang, perumahan, serta berbagai fasilitas publik dalam jumlah yang massif.

Langkah-langkah seperti ini kiranya dapat melengkapi seruan-seruan massif kampanye di berbagai media massa.

Dengan begitu, gagasan tentang “masker”, “cuci tangan pakai sabun”, “menjaga jarak” tidak lagi sekadar berada di layar televisi atau di layar monitor ponsel. Tetapi dapat hadir pula secara fisik dalam lingkup terkecil masyarakat kita.

Baca juga: BNPB Minta Daerah Persiapkan Antisipasi Bencana Hidrometeorologi

Senjata komunitas sebagai jembatan terakhir

Apabila penerapan lewat sosial dan fasilitas tidak berjalan baik, kontrol sosial di tingkat komunitas dapat menjadi senjata terakhir dalam menerapkan pola 3M.

Seperti diketahui, tradisi bersosialisasi masyarakat Indonesia masih berjalan hingga kini dan tidak ditemukan di tempat lain. Ini adalah salah satu keunggulan bangsa kita, mungkin satu-satunya bangsa di dunia yang sangat "social minded”.

Dalam lingkup komunitas, biasa muncul rasa segan atau malu kepada orang yang dituakan sehingga metode dari arahan tetua cukup efektif sebagai faktor pengubah perilaku bagi masyarakat.

Gerakkan lebih lanjut, kontrol dari komunitas terkecil dapat menjadi strategi tingkat pertama sebelum didukung oleh operasi yustisi di tingkat yang lebih luas seperti di lingkup provinsi.

Baca juga: BNPB Ungkap Penyebab Banjir Bandang Sukabumi, Akibat Sedimentasi Sungai dan Hujan Lebat

Pasalnya, sumber daya aparat yang kita miliki tidak akan mampu mengontrol seluruh pergerakan warga.

Kita dapat berkaca dari penerapan denda dan hukuman sosial para pelanggar protokol. Adapun perihal itu dinilai tidak efektif dan sering memicu kontroversi serta polemik baru di masyarakat.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com