Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/10/2020, 11:41 WIB
Dian Reinis Kumampung,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber Her World

KOMPAS.com - Perundungan (bullying) -perilaku mengintimidasi, bisa juga ditemukan di dunia kerja.

Bahkan, hal ini terasa semakin sulit untuk dihadapi mengingat keadaan tersebut bisa memengaruhi posisi kita di tempat kerja.

Apalagi bila yang melakukan intimidasi adalah mereka yang memiliki jabatan lebih tinggi dari kita, hal ini tentu semakin sulit untuk dilawan.

Baca juga: Tips Jitu Ariel Tatum Jaga Kesehatan Mental Hadapi Cyber Bullying

Kekhawatiran akan bullying di tempat kerja semacam ini mungkin pernah kita alami. Terlebih bila kita ada di tempat kerja baru, maupun mengisi posisi dalam sebuah tim yang baru.

Seperti contohnya, Alison -bukan nama sebenarnya, yang sangat tertarik untuk mendapatkan pekerjaan di sebuah lembaga keuangan terkemuka.

Namun, saat menjalaninya, dia mendapatkan lingkungan kerja yang "toxic".

Supervisor saya membenci nama saya, dan lalu memberi saya nama panggilan yang buruk seperti karakter tokoh kartun."

"Lalu, semua orang lantas memanggil saya seperti itu,” ujar Alison.

“Bahkan, setelah tiga tahun berlalu, semua orang masih memanggil saya dengan nama panggilan itu."

"Ya, saya pikir itu benar-benar tidak sopan, tapi saya juga khawatir rekan-rekan saya akan menganggap saya picik jika saya mengatakan perasaan itu kepada mereka," aku Alison.

Baca juga: Memulihkan Diri Setelah Jadi Korban Bullying

Meski kedengarannya tidak berbahaya, Alison terperangkap dalam kasus penindasan yang kongkret, karena kondisi itu merusak martabatnya.

Menggunakan posisi kekuasaan untuk mempermalukan, membuat bos Alison menjadi pengganggu yang agresif.

Penindas agresif lainnya dapat menyerang korban secara verbal dan fisik.

Penindasan juga dapat terjadi dalam bentuk yang lebih terselubung, termasuk menyebarkan desas-desus untuk merusak reputasi korban, atau mengambil pujian atas pekerjaan orang lain.

Bentuk yang lebih baru dan semakin umum adalah cyberbullying, di mana korban dilecehkan melalui pesan.

Adapula yang menyebarkan foto kolega mereka dengan tujuan untuk mengolok-olok tanpa sepengetahuan korban.

Meskipun menghadapi penindas tampak menakutkan, tetapi membiarkannya tidak teratasi hanya akan memengaruhi karier yang telah dibangun dengan kerja keras.

Terkait hal ini, Linda Teo, Country Manager ManpowerGroup Singapura, membagikan lima tips untuk mengatasi perundungan di tempat kerja.

1. Bicaralah dan tegas

Jika kolega atau manajer terus-menerus mengatakan atau meminta melakukan sesuatu yang membuat kita tidak nyaman, perlakukan orang tersebut dengan baik dan bicaralah untuk mengklarifikasi masalah.

Jika masalah berlanjut, bicarakan kembali secara pribadi dan berikan contoh spesifik yang apa hal yang membuat kita merasa tidak nyaman.

Lalu, jika pun penindas tidak mundur setelah ini, coba langkah berikutnya.

Baca juga: 4 Cara Mencegah Jadi Korban Bullying di Medsos

2. Dokumentasikan semua insiden

Catat setiap kejadian, termasuk teks dan email. Jika ini merupakan masalah tentang kepemilikan karya, pastikan kita memiliki bukti untuk membuktikan bahwa karya tersebut adalah milik kita.

Memiliki dokumen untuk mendukung klaim sangat penting jika kita memutuskan untuk melaporkan pelaku intimidasi ke tim SDM atau mencari ganti rugi melalui sistem hukum.

3. Cari dukungan dari SDM atau supervisor

Jika masalah tetap ada, kita dapat mempertimbangkan untuk melaporkan hal ini dengan supervisor.

Namun jika pelaku intimidasi mungkin dekat dengan supervisor, maka bicarakan dengan departemen SDM.

Saat ini, banyak perusahaan -terutama perusahaan multinasional, memiliki saluran bantuan anonim yang dapat dihubungi untuk melaporkan penindas di tempat kerja.

Di sinilah catatan dan bukti yang disimpan tadi akan berguna untuk membuktikannya.

Baca juga: Apa Itu Beauty Bullying, dan Bagaimana Menghentikannya

4. Bangun sistem pendukung

Jika kita mengetahui rekan kerja lain yang menjadi sasaran pelaku intimidasi, kita dapat mempertimbangkan untuk membentuk grup.

Karena korban penindasan sering kali berisiko dikucilkan oleh bagian lain dari departemen atau perusahaan.

Nah, membentuk grup bisa menjadi cara untuk mendapatkan dukungan emosional dan mental dari seseorang yang memahami apa yang kita alami.

Selain itu, dengan bersatu, pelaku intimidasi dapat kehilangan kekuatan untuk meneror.

Jika kita satu-satunya korban penindasan, hubungi seseorang yang bisa dipercayai. Ingatlah selalu bahwa kita tidak harus melalui ini sendirian.

5. Jika semuanya gagal, pertimbangkan bantuan hukum

Jika kita telah mencoba membahasnya dengan manajemen perusahaan dan tidak berhasil, kita mungkin ingin mencari bantuan dari pihak berwenang.

Jika penindasan telah mencapai tingkat yang tak tertahankan, pertimbangkan untuk mengajukan gugatan perdata atau pidana sesuai undang-undang yang berlaku.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Kind of Life (@my.kindoflife)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Her World
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com