Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/10/2020, 07:54 WIB
Gading Perkasa,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Berbagai studi terkait vitamin D dilakukan oleh para ahli untuk menemukan manfaatnya dalam mengobati infeksi Covid-19.

Temuan dari penelitian kecil yang hasilnya diterbitkan di The Journal of Steroid Biochemistry and Molecular Biology mengungkap tentang hal ini.

Disebutkan, vitamin D bisa memberi hasil pengobatan lebih baik bagi pasien virus corona.

Baca juga: Selain VItamin D, Vitamin C Juga Menjaga Tulang Sehat dan Kuat

Para peneliti dari Universitas Cordoba, Spanyol, meneliti 76 pasien Covid-19 yang dirawat di Reina Sofia University Hospital.

Semua pasien menerima pengobatan terbaik. Namun, di antara mereka ada 50 pasien yang menerima kalsifediol.

Kalsifediol adalah bentuk metabolisme vitamin D3 yang dapat meningkatkan kadar vitamin D dengan cepat pada pasien.

Nah, penelitian ini menemukan, pasien yang menggunakan kalsifediol mempunyai kemungkinan lebih kecil untuk masuk dalam perawatan intensif.

Lebih dari itu, tidak ada dari pasien-pasien tersebut yang akhirnya meninggal dunia.

Sedangkan, pada kelompok kontrol (yang tidak mengonsumsi kalsifediol) yang berjumlah 26 pasien, ada 13 pasien dirawat di unit perawatan intensif, dan dua orang meninggal dunia.

Tiga dosis kalsifediol dalam studi ini (0,532 mg di hari pertama, dan 0,266 mg di hari ketiga dan ketujuh) dapat mengurangi infeksi parah Covid-19.

Selain itu, disimpulkan pula bahwa dosis tersebut pun bisa menurunkan risiko komplikasi.

"Kalsifediol bisa mengurangi infeksi penyakit yang parah, namun uji coba lebih besar diperlukan untuk menemukan jawaban yang pasti," kata peneliti.

Meskipun pasien secara acak diminta mengonsumsi kalsifediol, ada lebih banyak pasien dalam kelompok kontrol dengan tekanan darah tinggi dan diabetes.

Baca juga: Studi: Vitamin D Tidak Efektif Mencegah Depresi pada Orang Dewasa

Kedua penyakit ini merupakan faktor risiko komplikasi Covid-19 yang parah.

Sehingga bisa disimpulkan, mengapa kelompok kontrol cenderung memperoleh hasil yang buruk.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com