Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 11/10/2020, 17:42 WIB
Dian Reinis Kumampung,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Sumber Healthline

KOMPAS.com—Istilah "kecanduan masturbasi" digunakan untuk mereka yang cenderung melakukan masturbasi secara berlebihan atau kompulsif.

Ada beberapa perdebatan tentang istilah ini, apakah seseorang sudah benar-benar kecanduan masturbasi, atau itu hanyalah dorongan dan bukan kecanduan.

Sejauh ini tidak ada diagnosis klinis untuk istilah kecanduan masturbasi. Hal ini pun tidak dianggap adiktif oleh American Psychological Association (APA).

Karena APA tidak menganggap masturbasi bisa membuat ketagihan, orang-orang lebih sering menyebut "masturbasi kompulsif" daripada "kecanduan masturbasi" dan tidak menganggapnya sebagai kecanduan klinis.

Sebaliknya, kecanduan seks, kecanduan masturbasi, dan kecanduan pornografi biasanya disebut sebagai perilaku seksual kompulsif, gangguan hiperseksualitas, atau perilaku seksual di luar kendali (OCSB).

Baca juga: Apakah Masturbasi Membantu Sistem Kekebalan Tubuh?

Apa saja ciri-cirinya

Sering melakukan masturbasi bukan berarti sudah kecanduan. Namun, kamu sudah harus merasa khawatir bila sudah menjadi berlebihan atau obsesif.

Misalnya, kamu melakukannya sampai menghabiskan tenaga, mengganggu kehidupan sosial, membuat pekerjaan terhambat, masturbasi di mana saja dan kapan saja tak peduli tempatnya.

Adapula perilaku lainnya seperti, melakuan masturasi bahkan saat kamu sedang tidak terangsang, masturbasi saat marah, stres, atau sedih dan sulit berhenti berpikir tentang masturbasi.

Baca juga: Gairah Seks Tak Semata-mata soal Wajah dan Tubuh Indah...

Penyebab

Masturbasi memiliki sejumlah manfaat kesehatan, seperti menghilangkan stres dan meningkatkan suasana hati.

Hal ini akan berubah menjadi masalah ketika kamu menjadi terobsesi untuk mengejar puncak orgasme.

Mayo Clinic mengungkapkan, perilaku seksual kompulsif mungkin juga bersifat neurologis. Ketidakseimbangan reaksi kimia alami otak dan penyakit neurologis seperti Parkinson dapat menyebabkan perilaku seksual kompulsif. Namun, hal ini masih perlu penelitian lebih dalam.

Penelitian lain pada animalsTrusted Source menunjukkan bahwa perilaku kecanduan dapat mengubah jalur saraf otak yang mirip dengan gangguan penggunaan zat aditif. Ini mungkin membuatmu ingin melakukan perilaku itu lebih sering, seperti masturbasi.

Baca juga: Gaya Hidup yang Sebabkan Pria Sulit Ereksi

Bisakah berhenti dengan sendirinya?

Beberapa orang menemukan bahwa mereka mampu berhenti melakukan masturbasi secara kompulsif sendiri. Yang lain masih memerlukan bantuan prodesional untuk menghentikannya.

Jika kamu merasa kesulitan berhenti melakukan masturbasi, ada baiknya untuk menemui terapis seks, psikolog atau psikiater yang berspesialisasi dalam menangani perilaku seksual di luar kendali.

Bergabung dengan kelompok pendukung untuk kecanduan seks atau perilaku hiperseksual juga dapat membantu.

Jika tidak ditangani perilaku kompulsif dapat memburuk seiring waktu. Ini bisa mempengaruhi hubungan dengan pasangan, serta kesehatan mental. Kecanduan masturbasi juga bisa menurunkan kepuasan seksual dan harga diri.

Baca juga: Kepuasan Seks Dimulai dari Tidur Cukup

Untuk itu, bila masturbasi sudah mengganggu hubunganmu dengan pasangan, pekerjaan,  atau kesehatan mental, itu bisa menjadi pertanda adanya masalah yang lebih besar.

Karena stigma masyarakat seputar masturbasi, pasangan mungkin merasa akan merasa malu untuk membicarakannya denganmu. Karenanya mulailah komunikasi dengan menekankan bahwa kamu tidak menghakiminya.

Sarankan beberapa solusi praktis seperti menemui terapis atau psikolog. Tidak peduli apakah kamu menyebutnya kecanduan atau keterpaksaan, penting untuk diingat bahwa perilaku tersebut dapat diobati.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber Healthline
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com