Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/10/2020, 05:00 WIB
Dian Reinis Kumampung,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Berhubungan seks dengan pasangan secara teratur, penting untuk kesehatan.

Tapi pertanyaan yang kemudian muncul adalah, seberapa sering seharusnya hubungan seks dilakukan oleh pasangan menikah?

Lalu, seberapa penting kita harus memperhatikan hal ini?

Pertanyaan-pertanyaan ini muncul untuk mencari tahu apakah hubungan pasangan suami istri masuk dalam kategori sehat, atau justru tidak sehat?

Baca juga: Pusing Setelah Berhubungan Seks? Mungkin Ini Penyebabnya...

Hal tersebut terkait dengan intensitas hubungan seks yang kurang, atau bahkan terlalu berlebih. 

Pertanyaan tentang frekuensi hubungan seksual biasanya muncul ketika salah satu pasangan kurang puas dengan jumlah hubungan seks yang dilakukan.

Tingkat keinginan yang tidak sesuai ini terjadi di mana salah satu pasangan menginginkan lebih atau yang lainnya ingin mengurangi.

Kondisi ini umum terjadi dalam ikatan pernikahan.

Dr. Barbara Winter, seorrang psikolog berlisensi dan sexologist klinis mengatakan, kepuasan dalam perkawinan tidak hanya dihitung dari frekuensi seksual.

Faktanya, pasangan yang sudah menikah melihat kualitas interaksi seksual, dan bukan hanya kuantitasnya saja.

Pertama dan terpenting, penelitian tentang kepuasan perkawinan sangat rumit untuk dilakukan.

Hal ini sering kali disebabkan oleh desain eksperimen atau cara pengumpulan data yang berbeda.

Meskipun demikian, masyarakat masih membutuhkan sesuatu sebagai alat ukur, dan penelitian menunjukkan bahwa:

Baca juga: Tidak Berhubungan Seks dalam Waktu Lama, Apa Akibatnya?

- Umumnya, ada penurunan frekuensi dan kepuasan karena pasangan sudah lebih lama bersama.

- Frekuensi seksual berkurang jika mempertimbangkan faktor lain, seperti pekerjaan, pekerjaan rumah, anak-anak, faktor fisik atau fisiologis, dan masalah relasional lainnya.

- Frekuensi seksual dan kepuasan seksual keduanya tidak berhubungan dengan tingkat perceraian.

Kebahagiaan bisa terjadi pada mereka yang melakukan hubungan seksual satu kali dalam seminggu.

Penelitian yang diterbitkan pada tahun 2015 mengamati lebih dari 2.400 pasangan menikah.

Dari sana ditemukan, semakin banyak hubungan seks yang dilakukan pasangan, mereka akan semakin bahagia.

Mengapa ideal dilakukan sekali seminggu?

Sebenarnya, seks sekali atau dua kali sebulan mungkin tidak cukup, tapi lebih dari sekali seminggu tidak meningkatkan kebahagiaan lebih jauh.

Faktanya, dalam penelitian lain baru-baru ini, pasangan yang diinstruksikan untuk melipatgandakan jumlah hubungan seks ternyata tidak lebih bahagia dari sebelumnya.

Baca juga: 7 Cara Mengatasi Rasa Takut Berhubungan Seks

Itu terjadi dalam tingkat hubungan seks mereka yang biasa.

Lebih lanjut, mereka melaporkan adanya kenikmatan seks yang justru berkurang. Tampaknya ada sisi negatif dari terlalu banyak melakukan hubungan seks.

Padahal, seperti kita tahu, kepuasan seksual penting untuk diutamakan demi tahap hubungan tertentu, terutama pada pasangan yang sudah lama menikah.

Tingkatkan kehidupan seks dengan pasangan

Demi kehidupan seks yang sehat, sebaiknya memperhatikan kualitas daripada kuantitas.

Artinya, tak peduli berapa kali kita melakukan hubungan seks, yang terpenting adalah kepuasan satu sama lain.

Jika hal ini bermasalah, kita tentu bisa mencoba mencari jalan keluarnya.

Terapis pasangan menyarankan hal-hal seperti menjadwalkan seks, mengubah tempat, melakukan perjalanan jauh dari ruang keluarga, membumbui atau bahkan menghidupkan kembali kencan romantis.

Namun sayangnya, hal ini belum tentu berhasil pada semua orang.

Kadar testosteron tertinggi di pagi hari, kerap menjadi pilihan para pasangan untuk melakukannya sesaat setelah bangun tidur.

Baca juga: Amankah Berhubungan Seks Selama Masa Kehamilan?

Jika itu juga tidak berhasil, kamu bisa mempertimbangkan untuk mengunjungi terapis seks atau psikolog.

Pasalnya, hasrat seksual seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, penuaan, kewajiban keluarga atau anak, hormon, dan masalah medis.

Lalu ada pula faktor pengobatan, ketertarikan fisik, masalah citra tubuh, depresi atau kecemasan, masalah relasional, masalah keyakinan, dan kekhawatiran situasional.

Kalau kita pernah mengalami masa-masa tak bergairah, mengembalikan ritme akan membantu aliran hormon pengikat seperti oksitosin dan vasopresin.

Keintiman dan seks saling terkait. Sehingga, terkadang hanya ini yang dibutuhkan pasangan untuk kembali ke jalur yang benar.

Ingat, yang penting bukanlah berapa kali kamu berhubungan, tapi kepuasan satu sama lain yang penting diperhatikan.
 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com