Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahan Kerajinan Ramah Lingkungan, dari Pelepah Pisang hingga Kombucha

Kompas.com - 13/10/2020, 20:07 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Industri kerajinan semakin berinovasi untuk dapat menyesuaikan diri dengan isu-isu lingkungan yang hangat diperbincangkan.

Salah satu inovasinya adalah dengan memanfaatkan bahan-bahan organik yang ramah lingkungan dan dapat didaur ulang.

Perajin juga bekerjasama dengan para peneliti menemukan material-material baru yang dapat digunakan sebagai produk kerajinan.

Baca juga: Kerajinan Tangan Indonesia Sulit Bersaing di Pentas Dunia, Kenapa?

Selama ini, kita mengenal plastik, koran bekas, botol kaca, dan bahan lain sejenis yang biasa dipakai sebagai kerajinan tangan

Namun, ternyata terbukti masih ada beragam bahan yang tidak merusak lingkungan dan bersifat tahan lama.

Hal itu terungkap dalam peluncuran riset pengembangan material baru oleh British Council dan Budaya Kreatif Foundation, yang digelar melalui aplikasi Zoom, Selasa (13/10/2020).

Beberapa material yang ditemukan antara lain pelepah pisang, mycelium leather, kulit ikan, sampai kombucha leather.

Mycelium berasal dari tumbuhan vegetatif yang menghasilkan jamur. Koloni jamur dari mycelium dapat ditemukan di dalam dan di atas tanah atau kayu.

Jika akar jamur ditanam di atas serbuk gergaji atau limbah pertanian, maka akan membentuk lembaran tikar tebal yang kemudian dapat diolah hingga menyerupai kulit.

Baca juga: Kapas Organik, Bahan Pakaian yang Lebih Ramah Lingkungan?

Sementara, kombucha adalah kumpulan simbiosis bakteri dan ragi. Kulit kombucha adalah bentuk kering dari lapisan menebal yang tumbuh di atas kombucha cair yang difermentasi.

"Pelepah pisang sebenarnya bukanlah hal baru di Indonesia tapi menjadi bahan baru untuk sektor kerajinan."

"Bahan ini bisa dijadikan sebagai dekorasi rumah, tas, topi dan sandal," kata peneliti Budaya Kreatif Foundation, Niniek Indhiyanti.

Bahkan, lanjut Niniek, proses pembuatan pelepah pisang menjadi sebuah produk kerajinan, juga dimanfaatkan sebagai ruang pemberdayaan bagi masyarakat sekitar.

"Selain pelepah pisang, kita pun menemukan bambu dan kulit ayam sebagai material baru yang berkelanjutan," kata dia.

Pada kesempatan yang sama, peneliti dan perajin asal Inggris, Anoushka Cole juga memaparkan material-material baru apa saja yang berhasil ditemukan.

Ada kulit ikan, kain wol dari nanas, kombucha leather, hingga barang-barang berkonsep biodesign.

"Kalau kulit ikan itu awalnya karena melihat kebiasaan orang-orang memancing ikan dan biasanya kulitnya jarang dipakai," ungkap Anoushka.

"Limbah kulit ini bisa dijadikan sebagai material baru untuk aksesoris atau sepatu," sambung dia.

Perkembangan kerajinan dengan material baru berbasis keberlanjutan di Indonesia kini sudah meliputi empat provinsi, yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Bali.

Diharapkan, perkembangan kerajinan yang berkelanjutan ini bisa menjadi tren sustainable dan eco-friendly yang tidak hanya menarik pasar di Indonesia atau sekitar Asia, tetapi juga Eropa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com