Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seseorang Mungkin Terinfeksi Covid-19 Dua Kali, dan Bisa Lebih Serius

Kompas.com - 14/10/2020, 11:51 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

Sumber Time

KOMPAS.com - Menurut laporan kasus baru yang diterbitkan di Lancet Infectious Diseases, seseorang tidak hanya berpeluang terinfeksi Covid-19 dua kali, tetapi juga bisa lebih parah ketika terinfeksi untuk kedua kalinya.

Namun, beberapa ahli meningatkan bahwa masih banyak yang harus dipelajari tentang reinfeksi Covid-19, dan bahwa kasus yang muncul dalam pemberitaan kemungkinan besar tidak mewakili sebagian besar pengalaman dengan virus ini.

"Kami masih belajar tentang biologi virus dan biologi kami sendiri dalam hal menangani virus,” kata rekan penulis studi yang juga Direktur Laboratorium Kesehatan Masyarakat Negara Bagian Nevada, Mark Pandori, seperti dilansir TIME

Studi itu merinci kasus seorang pria berusia 25 tahun yang tinggal di Nevada. Dia awalnya dinyatakan positif Covid-19 pada bulan April. Gejala batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala, mual, dan diare yang dialaminya hilang pada akhir April, dan kemudian dinyatakan negatif Covid-19.

Namun, pada akhir Mei, dia mulai mengalami gejala yang sama lagi. Pada awal Juni, dia dirawat di rumah sakit dan dinyatakan positif Covid- 19. Tetapi, ketika terinfeksi untuk kedua kalinya, kasus yang dialami cukup serius sehingga dokter harus memberinya oksigen untuk bantuan pernapasan.

Pengurutan genetik menemukan perbedaan yang signifikan antara sampel virus yang diambil pada bulan April dan Juni. Menurut laporan, artinya hampir pasti dia terinfeksi dua kali oleh virus yang tidur dalam sistemnya setelah serangan penyakit pertama.

Baca juga: Pasien di Nevada Terinfeksi Corona 2 Kali, Beda dengan Reinfeksi Lain

Secara global, beberapa penelitian sebelumnya telah mendokumentasikan contoh nyata lainnya dari reinfeksi Covid-19.

Ada beberapa hal yang bisa dipelajari. Salah satunya, infeksi ulang bisa terjadi dalam kurun waktu yang cukup cepat seperti hanya 48 hari berlalu antara tes positif pertama dan kedua yang dilakukan pasien.

Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa antibodi virus corona bertahan setidaknya tiga bulan. Namun, para peneliti dan pejabat kesehatan masyarakat berulang kali mengatakan bahwa belum ada cukup bukti untuk mengatakan seberapa baik antibodi Covid-19 dan berapa lama mampu melindungi orang dari infeksi di masa depan.

Pasien Nevada tidak dites untuk antibodi Covid-19 pada bulan April, jadi tidak bisa dipastikan apakah dia memiliki reaksi kekebalan yang normal saat pertama kali terkena virus. Namun, dia dinyatakan positif antibodi pada bulan Juni.

Pengalaman pasien Nevada itu juga menunjukkan bahwa kasus reinfeksi bisa saja bisa lebih serius daripada yang pertama.

Dalam beberapa laporan sebelumnya, orang yang terkena Covid-19 dua kali tampaknya memiliki kasus yang lebih ringan atau bahkan tanpa gejala ketika terinfeksi kedua kalinya.

Ini menunjukkan bahwa infeksi sebelumnya mungkin memberi beberapa perlindungan kekebalan. Nah, studi baru mempertanyakan apakah efek itu selalu terjadi atau tidak.

Asisten profesor epidemiologi di Harvard T.H. Chan School of Public Health, Dr. Michael Mina, menjelaskan melalui Twitter bahwa apa yang dialami pasien Nevada bisa jadi kebetulan.

Satu kasus reinfeksi serius dari lebih dari 7,8 juta kasus Covid-19 di Amerika Serikat menurutnya sangat jarang terjadi.

Halaman:
Sumber Time
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com