KOMPAS.com - Masalah kesehatan mental dapat memengaruhi suasana hati, cara berpikir, dan perilaku seseorang. Gejala yang terjadi pada setiap orang umumnya berbeda-beda. Mulai dari yang ringan, sedang, hingga berat.
Ada banyak jenis masalah kesehatan mental. Tapi yang paling sering terjadi adalah kecemasan, depresi, OCD, bipolar, dan skizofrenia.
Saat ini, semakin banyak masyarakat yang peduli dengan kondisi kesehatan mentalnya. Selain itu, banyak pula yang tak ragu untuk memeriksakan diri ke tenaga profesional apabila merasa mentalnya bermasalah.
Tapi di sisi lain, sebagian orang masih bingung harus berobat ke psikolog atau psikiater. Ya, meskipun sama-sama menangani masalah kesehatan mental, psikolog dan psikiater memiliki fungsi yang berbeda.
Psikolog merupakan ahli psikologi yang mampu mengatasi masalah kejiwaan dan mendiagnosis dengan melihat gejala psikologis. Psikolog biasanya menangani pasien lewat psikoterapi.
Baca juga: 6 Tips Parenting Anak Cerdas Sesuai Rekomendasi Psikolog
Sedangkan psikiater adalah tenaga medis yang telah menempuh pendidikan kedokteran spesialis kejiwaan. Dalam penanganan pasien, psikiater biasanya memberikan obat-obatan.
Lantas bagaimana cara menentukan seseorang harus berobat ke psikolog atau ke psikiater untuk menangani masalah kesehatan mentalnya?
Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Kejiwaan Indonesia (PDSKJI), dr Diah Setia Utami, Sp.KJ, MARS menjelaskan, untuk menentukan apakah seseorang harus berobat ke psikolog atau psikiater, harus dilihat dari gejala yang timbul.
“Umumnya pada gejala sedang menuju ke berat harus berobat ke psikiater. Sebab mulai ada gangguan dalam fungsi kehidupan,” ujar Diah dalam webinar Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, Rabu (14/10/2020).
Dalam webinar yang diselenggarakan oleh PDSKJI dan Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia, Diah mencontohkan gejala yang menandakan seseorang harus berobat ke psiater yakni kecemasan tingkat tinggi.
Baca juga: Penting, Pahamilah Batasan Kecemasan yang Tak Normal
Kecemasan tingkat tinggi bisa menimbulkan gejala panik yang membuat seseorang tidak berani keluar rumah, rasa takut berlebihan, dan tidak berani ketemu orang lain.
“Atau bisa juga gangguan-gangguan yang menimbulkan pikiran bunuh diri dan tindakan yang membahayakan diri sendiri maupun orang lain,” imbuh Diah.
Contoh lainnya adalah perilaku aneh yang terlihat tidak seperti biasanya antara lain menolak makan dan mudah marah terhadap hal kecil.
“Kondisi itu artinya sudah membutuhkan pengobatan psikotropika untuk meredakan gejala-gejala tersebut sehingga orang itu bisa berfungsi lebih baik lagi,” tambah Diah.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.