KOMPAS.com - Empat dekade bukan waktu yang sebentar untuk sebuah perjalanan hidup dan berkarya.
Tajuk "Asian Bohemian Chic: Indonesian Heritage Becomes Fashion" pun dipilih oleh perancang busana Ghea Panggabean untuk merepresentasikan cerita perjalanan karyanya selama 40 tahun melalui sebuah buku.
Untuk merilis buku ini, Ghea menggandeng Rizzoli – Milan, penerbit internasional yang berada di beberapa kota besar dan berpusat di New York.
Buku setebal 320 halaman tersebut menceritakan koleksi Ghea dari masa ke masa, mulai dari karya pertamanya yang mengangkat kain lurik, perjalanan mengeksplor serta mempelajari tekstil dan ragam motif nusantara, hingga mengolah motif kain pelangi jumputan yang kini menjadi ciri khasnya.
"Di dalam buku ini ada beberapa motif favorit, yang paling favorit adalah jumputan karena untukku hidup seperti pelangi, sangat penuh warna," ungkap Ghea dalam peluncuran bukunya, Jumat (16/10/2020).
Selama berkarya, desainer yang menyelesaikan pendidikan desain fesyen di London pada awal tahun 1980an itu konsisten menterjemahkan motif kain tradisional Indonesia, seperti jumputan, ikat, songket, dan batik menjadi busana yang wearable.
Ghea juga mengolah berbagai ragam hias dan kerajinan tradisional ke dalam desain busana modern, sehingga lahir motif-motif seperti tikar Kalimantan, wayang beber, dan ragam hias Batak seperti motif gorga.
Konsep desainnya selalu terinspirasi dari warisan budaya, sehingga setiap koleksi Ghea tak hanya klasik namun selalu menyiratkan cerita.
Berkarya dengan passion
Ghea mengaku dirinya begitu cinta dengan budaya Indonesia yang sangat beragam. Mengolah kain Indonesia menjadi passion yang membuatnya bisa terus semangat berkarya hingga 40 tahun, dan masih akan terus berjalan.
"Yang membuat passion itu tetap ada karena inspirasiku adalah kain Indonesia dan aku sudah mengoleksinya dari awal karir hingga sekarang. Sampai sekarang kain masih menjadi inspirasiku," ungkapnya.
Bagi Ghea, mengolah kain nusantara membuat jiwanya seperti semakin hidup dan terus memikirkan karya apa lagi yang bisa dihasilkannya.
Ia begitu mensyukuri kekayaan Indonesia yang begitu berlimpah dan rasa syukur itu disampaikannya melalui buku ini. Perempuan kelahiran Rotterdam Belanda, 28 Februari 1955 itu berharap, buku ini bisa menginspirasi para desainer muda untuk ikut mengeksplorasi kekayaan Indonesia.
"Kekayaan Indonesia adalah sesuatu yang bisa dieksplorasi tanpa akhir," kata dia.
Selain karya, buku ini juga mengulas sosok pribadi Ghea, mulai dari kecintaannya mengoleksi barang antik, pertemuannya dengan berbagai sosok besar dunia, keterlibatannya dalam mendirikan organisasi profesi perancang mode pertama di Indonesia, hingga hubungan Ghea dengan putri kembarnya, Amanda dan Janna, yang menjadi generasi penerusnya.
Seolah menjadi "wajah" dari seorang Ghea Panggabean, buku ini dicetak dengan hard cover kain motif jumputan khasnya. Di dalamnya menampilkan ribuan foto dari berbagai sumber yang merangkai cerita perjalanan berkarya Ghea untuk para pembaca.
Sebelum tersedia di Indonesia, sejak April 2020 buku ini sudah terlebih dahulu dipasarkan di beberapa negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Italia, Perancis, Belanda, Jerman, Denmark, Jepang, China, Afrika Selatan, Mexico, Brazil, Australia, Singapura, dan Malaysia melalui jaringan toko buku Rizzoli, dan juga situs belanja online internasional seperti Amazon.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.