Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bersyukur, Bikin Bahagia Sekaligus Menyehatkan Fisik

Kompas.com - 18/10/2020, 13:17 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

KOMPAS.com - Bersyukur, kata yang sederhana namun tidak mudah untuk dipraktikkan.

Mempraktikkan rasa syukur dapat membantu memperluas perspektif dan melihat sesuatu secara lebih luas, meningkatkan pandangan positif dan kesejahteraan, serta meningkatkan kepercayaan diri dan hubungan kita dengan orang lain.

Di saat-saat seperti ini, ketika segala sesuatunya terasa tidak pasti, praktik bersyukur dapat membantu kita lebih stabil.

Dalam psikologi positif, rasa syukur adalah cara manusia mengakui hal-hal baik dalam hidup. Meski tidak mudah, rasa syukur adalah sesuatu yang bisa dipelajari jika memang kita tidak memilikinya secara bawaan.

Baca juga: Siasati Warna-Warni Kehidupan dengan Bersyukur

Lebih bahagia dan sehat secara fisik
Michelle P. Maidenberg, Ph.D., MPH, LCSW-R, CGP, seorang asisten profesor pascasarjana Praktik Kesadaran di Universitas New York sekaligus Presiden dan Direktur Klinis Thru My Eyes Foundation menulis melalui laman Psychology Today tentang manfaat dari praktik bersyukur, terutama di saat stres dan periode yang penuh ketidakpastian.

Bersyukur dapat mengundang emosi positif yang dapat memiliki manfaat fisik, melalui sistem kekebalan tubuh dan/atau endokrin.

Penelitian menunjukkan bahwa ketika kita memikirkan tentang apa yang kita apresiasi, bagian parasimpatis atau bagian sistem saraf yang menenangkan akan terpicu dan memberi manfaat perlindungan bagi tubuh, termasuk penurunan kadar hormon stres kortisol dan peningkatan oksitosin, hormon pengikat yang terlibat dalam hubungan yang membuat kita merasa nyaman.

Sejumlah penelitian tentang bersyukur dan apresiasi menemukan bahwa partisipan yang merasa bersyukur menunjukkan tingkat kortisol yang lebih rendah, memiliki fungsi jantung yang lebih baik, serta lebih tahan terhadap kemunduran emosional dan pengalaman negatif.

Dengan mengurangi hormon stres dan mengatur fungsi sistem saraf otonom, bersyukir dapat secara signifikan mengurangi gejala depresi dan kecemasan.

Baca juga: Kaum Dewasa Muda Rentan Depresi saat Pandemi, Ini Cara Mengatasinya

Dengan praktik bersyukur, kita bisa mengatasi stres dengan lebih baik. Mengakui dan menghargai hal-hal kecil dalam hidup akan dapat mengubah otak untuk menghadapi keadaan sekarang dengan lebih banyak kesadaran dan fleksibilitas.

Para ilmuwan menemukan bahwa dengan mengaktifkan pusat penghargaan di otak, pertukaran rasa syukur mengubah cara kita memandang dunia dan diri kita sendiri.

Otak dikondisikan untuk mengulangi pola yang dipelajari. Misalnya, seseorang yang terus-menerus mengkhawatirkan hasil yang merugikan mungkin secara tidak sadar mengatur ulang otaknya untuk memproses sebagian besar informasi negatif.

Di sisi lain, dengan mempraktikkan rasa syukur secara proaktif, kita dapat melatih otak untuk juga memperhatikan emosi dan pikiran positif, sehingga mengurangi kecemasan dan perasaan khawatir serta cenderung melakukan perilaku yang bermanfaat dan berharga.

Agar otak terlatih untuk bersyukur, kita harus berlatih mempraktikannya dan menguatkannya, sama seperti kita mempelajari keterampilan tertentu.

Memang, sebuah cara tidak selalu berhasil untuk setiap orang dan kita perlu menemukan metode yang paling efektif untuk diri kita sendiri.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com