KOMPAS.com - Memakai masker menjadi salah satu cara untuk mencegah penularan Covid-19 ketika kita berada di publik.
Namun, kebiasaan baru ini melahirkan beberapa masalah kecil baru. Mulai dari kesulitan bernapas ketika berolahraga, kacamata yang berembun, lipstik yang mudah luntur, hingga kesulitan membaca ekspresi wajah orang lain.
Dilansir The Healthy, hal itu karena sebagian besar komunikasi antarpribadi dilakukan dengan isyarat visual, dari bahasa tubuh hingga cara menggerakkan otot-otot wajah, termasuk bibir, lubang hidung, dan pipi.
Semua area ini menjadi kabur oleh masker wajah, sehingga sulit untuk membaca ekspresi wajah seseorang.
Bagi tuna rungu, membaca bibir sangat penting untuk berkomunikasi.
Itulah mengapa, kini sejumlah pihak bekerja mengembangkan masker wajah dengan panel bening untuk memungkinkan gerakan bibir bisa tetap terbaca.
Pakar bahasa tubuh dan komunikasi nonverbal sekaligus penulis tujuh buku komunikasi, Patti Wood mengatakan, dengan digunakannya masker wajah, orang-orang hanya bisa membaca isyarat mata.
"Mata kita telah berevolusi untuk tanpa sadar merespons apa yang kita lihat dan rasakan," kata Wood.
Misalnya, ketika melihat sesuatu yang menakutkan atau mengancam, mata secara alami akan melebar untuk memperluas bidang penglihatan kita dan meningkatkan jumlah cahaya yang dapat diserap pada saat itu
Sebaliknya, mata akan menyipit saat kita fokus pada sesuatu yang tidak menyenangkan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.