Tikus pun mampu merasakan rangsangan semacam ini lebih intens. Fenomena ini dikenal sebagai hiperalgesia yang dipicu oleh stres.
"Ini mungkin menjelaskan mengapa ketika kita mengalami stres kronis, kita sebenarnya merasakan sensasi normal, seperti ingin pergi ke kamar mandi."
"Kondisi tidak nyaman atau merasa mengganggu, membuat kita ingin pergi ke kamar mandi lebih cepat, sehingga kita bisa menghilangkan sensasi tidak nyaman itu," kata Malik.
Selain itu, dalam situasi stres, otak dapat memicu pelepasan neurotransmitter -senyawa organik endogenus yang membawa sinyal di antara neuron, hingga menjadi faktor pelepas kortikotropin (CRF).
Kandung kemih memiliki reseptor di atasnya yang akan merespons secara khusus terhadap neurotransmitter.
Kemudian, yang terjadi adalah meningkatkan kontraksi kandung kemih, sehingga membuat kita ingin buang air kecil.
Malik menambahkan, tingkat serotonin, yakni, senyawa kimia yang berperan dalam rasa bahagia, mengatur suasana hati, perhatian, dan tidur.
Serotonin juga dapat dipengaruhi secara negatif oleh stres.
"Penurunan kadar serotonin telah ditemukan terkait dengan lebih banyak kontraksi kandung kemih dan frekuensi serta urgensi kemih (buang air kecil) berikutnya," katanya.
Malik lalu merekomendasikan konsultasi dengan dokter untuk mencari tahu apakah kita memiliki disfungsi dasar panggul, atau kandung kemih terlalu aktif, yang dapat diobati.
Baca juga: Kencing di Shower, Bagaimana Dampaknya bagi Kesehatan?
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.