Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Risiko Penyakit yang Dihadapi jika Makan Terlalu Cepat

Kompas.com - 23/10/2020, 10:30 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

KOMPAS.com - Ketika singgah di rumah makan padang atau warung tegal (warteg), pemandangan orang yang makan dengan cepat atau terburu-buru mungkin sudah biasa kita lihat.

Sebagian dari kita juga mungkin mempunyai kebiasaan makan cepat.

Namun, kebiasaan ini ternyata bisa meningkatkan risiko berbagai penyakit pada masa depan.

Dilansir ScienceAlert, sebuah penelitian yang dipublikasikan di Scientific Session American Heart Association pada 2017 menemukan bahwa makan terlalu cepat dapat menyebabkan penambahan berat badan dan memicu masalah pada jantung. 

Penelitian tersebut menemukan bahwa orang yang makan lebih lambat cenderung tidak mengalami obesitas dan cenderung tidak mengembangkan sindrom metabolik atau kombinasi gangguan yang meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes, dan stroke.

Gangguan tersebut antara lain tekanan darah tinggi, gula darah puasa tinggi, dan kadar kolesterol HDL (kolesterol baik) rendah.

Masing-masing gangguan terbilang berbahaya, tetapi jika didiagnosis bersama akan mengembangkan masalah kardiovaskular yang semakin tinggi.

"Makan lebih pelan mungkin merupakan perubahan gaya hidup yang penting untuk membantu mencegah sindrom metabolik," kata penulis studi sekaligus ahli jantung dari Universitas Hiroshima di Jepang, Takayuki Yamaji.

Ia menambahkan, orang yang makan cepat cenderung tidak merasa kenyang sehingga cenderung makan berlebih.

Makan cepat juga menyebabkan fluktuasi glukosa yang lebih besar, yang dapat menyebabkan resistensi insulin.

Baca juga: Dampak yang Terjadi pada Tubuh jika Sering Makan Sambil Berdiri

Yamaji dan rekan peneliti lainnya mengamati 642 laki-laki dan 441 perempuan dengan usia rata-rata 51,2 tahun.

Tidak ada di antara mereka yang mengalami sindrom metabolik pada 2008.

Para peserta kemudian dibagi menjadi tiga kelompok sesuai dengan kecepatan makan yang biasa dilakukan, yaitu lambat, normal, dan cepat.

Setelah lima tahun, para peneliti menemukan bahwa 11,6 persen orang yang makan cepat telah mengembangkan sindrom metabolik, dibandingkan dengan 6,5 persen orang yang makan normal, dan 2,3 persen orang yang makan lambat.

Kecepatan makan yang lebih cepat juga dikaitkan dengan bertambahnya berat badan, kadar glukosa darah yang lebih tinggi, dan lingkar pinggang yang lebih besar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com