Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
drg. Citra Kusumasari, SpKG (K), Ph.D
dokter gigi

Menyelesaikan Program Doktoral di bidang Kariologi dan Kedokteran Gigi Operatif (Cariology and Operative Dentistry), Tokyo Medical and Dental University, Jepang.

Sebelumnya, menempuh Pendidikan Spesialis Konservasi Gigi di Universitas Indonesia, Jakarta dan Pendidikan Dokter Gigi di Universitas Padjadjaran, Bandung.

Berpraktik di berbagai rumah sakit dan klinik di Jakarta. Ilmu karies, estetik kedokteran gigi, dan perawatan syaraf gigi adalah keahliannya.

Bagaimana Proses Terjadinya Gigi Berlubang

Kompas.com - 28/10/2020, 09:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Gigi berlubang masih menjadi masalah kesehatan utama hampir di seluruh negara-negara industri. Menurut WHO, sekitar 60-90 persen anak-anak dan sebagian besar orang dewasa memiliki masalah gigi berlubang.

Meskipun gigi berlubang diyakini merupakan masalah yang timbul pada masa kanak-kanak, namun kenyataannya masalah gigi berlubang terus berlanjut hingga dewasa.

Gigi permanen yang berlubang dan belum dilakukan perawatan adalah kasus yang paling sering ditemukan untuk seluruh usia dan terjadi pada 2,4 miliar penderita anak dan dewasa.

Sedangkan gigi sulung yang berlubang dan belum dilakukan perawatan, berada di posisi ke-10 dalam prevalensi penyakit di dunia dan memengaruhi 621 juta anak di seluruh dunia.

Definisi gigi berlubang

Teori lama mengenai definisi gigi berlubang menyebutkan bahwa gigi berlubang adalah penyakit infeksi gigi yang disebabkan bakteri yang mengakibatkan larut dan rusaknya jaringan yang keras.

Baca juga: Sakit Gigi seperti Apa yang Dianggap Darurat dan Perlu ke Dokter Gigi?

 

Saat ini, gigi berlubang didefinisikan sebagai suatu penyakit dinamis yang diperantarai biofilm (kumpulan mikroorganisme yang menempel pada permukaan gigi dan dilapisi oleh perekat karbohidrat), dipengaruhi oleh diet dan multifaktorial, serta tidak menular, yang mengakibatkan hilangnya mineral di jaringan keras gigi.

Multifaktorial penyebab gigi berlubang antara lain faktor biologis, perilaku yang melibatkan konsumsi karbohidrat (gula) yang dapat difermentasi, kebersihan mulut yang buruk dengan kombinasi paparan fluor yang tidak memadai, psiko-sosial dan lingkungan.

Sebagai konsekuensi dari proses tersebut, sebuah lesi gigi berlubang akan berkembang.

Mekanisme terjadinya gigi berlubang

Proses gigi berlubang melibatkan interaksi antara struktur gigi, biofilm yang terbentuk di permukaan gigi, konsumsi gula, juga pengaruh air liur dan genetik.

Selain itu, proses dinamis gigi berlubang melibatkan periode demineralisasi (kehilangan mineral) dan remineralisasi (pengembalian mineral) gigi yang bergantian dengan cepat.

Baca juga: 3 Kebiasaan Orangtua yang Tularkan Gigi Berlubang pada Anak

Ilustrasi dokter gigi merawat kesehatan gigi dan mulut pasien.Shutterstock Ilustrasi dokter gigi merawat kesehatan gigi dan mulut pasien.

 

Apabila demineralisasi terjadi dalam waktu yang cukup, hal ini akan menyebabkan terjadinya lesi gigi berlubang tahap awal pada anatomi tertentu pada gigi.

Menyeimbangkan faktor patologis dan protektif sangatlah penting dalam mencegah berkembangnya gigi berlubang. Faktor-faktor protektif dapat memicu remineralisasi gigi dengan cara menggeser faktor patologis gigi berlubang.

Proses perjalanan penyakit gigi berlubang secara lebih spesifik adalah sebagai berikut, sebuah lapisan organik yang tipis menempel ke permukaan gigi yang baru erupsi atau yang baru dibersihkan, lapisan ini disebut pelikel enamel.

Satu jam kemudian, bakteri spesifik (Streptococcus sanguis, Actinomyces naeslundii dan Actinomyces viscous) dengan sangat cepat menempel ke pelikel.

Baca juga: Material Terkini untuk Penambalan Gigi Berlubang di Jepang

 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com