Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/10/2020, 11:55 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

Sumber Healthline

KOMPAS.com - Teman-teman adalah sosok yang membuat hidup semakin berarti dengan segala dukungan sosial-emosional yang mereka berikan. Menjadikan hidup kita menjadi lebih bahagia.

Namun, ternyata tidak semua pertemanan memiliki efek positif. Bahkan beberapa teman justru menjadi racun alias "toksik" bagi lingkungan pertemanannya.

Duh, jangan sampai kita menjadi salah satunya, ya.

Pertemanan yang toksik bisa muncul lewat bentuk yang berbeda-beda, namun pada umumnya situasinya dapat menguras mentalmu.

Selain itu, alih-alih membangun dan mengangkatmu, situasi pertemananan yang toksik justru menjatuhkanmu.

Polanya mungkin bisa berbeda-beda, namun beberapa contoh perilaku pertemanan toksik berikut mungkin bisa kamu jadikan bahan pembelajaran untuk berhati-hati.

1. Dia menjatuhkanmu
Dilansir Healthline, teman sering bercanda satu sama lain, dan sedikit saling ejek tidak akan mengganggu keberlangsungan hubungan satu sama lain, terutama jika kalian sama-sama menertawakan itu.

Namun, jika salah seorang temanmu terus menerus merendahkanmu dan itu membuatmu merasa sedih, baik dia menggunakan taktik halus atau hinaan yang terang-terangan, pertemananmu itu mungkin tidak sehat.

2. Menyebarkan gosip tentangmu
Kamu memberi tahu seorang teman sesuatu halnyang rahasia, tapi keesokan harinya, seluruh lingkaran sosialmu mengetahui detailnya.

Siapa pun bisa tergelincir dan mengatakan hal-hal yang tidak seharusnya mereka katakan.

Namun, teman-teman yang toksik mungkin memang senang menyebarkan rahasia temannya, bahkan ketika kamu meminta mereka untuk merahasiakan informasi pribadi itu.

Seseorang yang terus-menerus merusak kepercayaanmu mungkin tidak terlalu peduli dengan perasaanmu.

Baca juga: Cermati, Tanda-tanda Kamu Termasuk Pribadi yang Toksik

3. Tidak tulus minta maaf
Ketika kamu menegur karena perilakunya, dia mengabaikannya atau meminta maaf tapi tampak tidak tulus.

Alih-alih meminta maaf dengan kalimat seperti: "aku minta maaf karena kamu merasa seperti itu", mereka memilih kalimat minta maaf yang defensif dan penuh alasan.

"Maaf aku menyakiti perasaanmu, tapi itu hanya bercanda".

Halaman:
Sumber Healthline
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com