Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/10/2020, 11:30 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

Sumber CNET

KOMPAS.com - Kita semua memiliki mimpi, baik kita ingat atau pun tidak.

Mimpi juga bisa menyenangkan, menakutkan, membuat frustrasi, menenangkan, membosankan, atau bahkan aneh.

Sederhananya, Alan Kuras, LCSW dari Westmed Medical Group menjelaskan kepada CNET bahwa mimpi adalah pemikiran, gambar, sensasi, dan sering kali suara yang muncul selama kita tidur.

Tidak ada bukti pasti tentang apa itu mimpi, namun penerimaan secara umum menjelaskan bahwa mimpi mewakili kumpulan pikiran, perjuangan, emosi, peristiwa, orang, tempat, dan simbol yang dalam banyak kesempatan relevan dengan orang yang bermimpi.

Mimpi yang paling jelas biasanya terjadi selama fase tidur Rapid Eye Movement (REM), meskipun mimpi juga bisa terjadi selama tahap tidur lainnya.

Meski para ilmuwan tahu banyak tentang apa yang terjadi secara fisiologis ketika seseorang bermimpi, masih banyak yang harus dipelajari tentang apa yang terjadi secara psikologis.

Salah satu konsep yang sudah diterima secara umum adalah bahwa mimpi adalah proses yang sangat emosional.

Sebab, menurut studi neuroimaging, pusat emosional di otak, yakni amigdala, menjadi salah satu area otak yang paling aktif selama mimpi.

Baca juga: Ketahuilah, Arti di Balik Mimpi Terjatuh

Mimpi tentang meninggal

Sebelum membahas mengenai kemungkinan arti dari mimpi meninggal, ketahuilah bahwa budaya yang berbeda sepanjang sejarah menganggap mimpi sebagai hal yang penting, meskipun hanya ada sedikit bukti ilmiah bahwa mimpi memiliki makna tertentu yang menyertainya.

"Belum ada yang menentukan dengan pasti apa arti mimpi atau gambaran dalam mimpi."

"Bahwa mimpi adalah indikator yang signifikan terhadap pikiran bawah sadar seseorang sebagai sebagai asumsi dasar dalam berbagai budaya, tetapi dengan cara yang berbeda," kata Kuras.

Analis mimpi profesional, Lauri Quinn Loewenberg, mengatakan bahwa mimpi dan maknanya sangatlah pribadi karena didasarkan pada pengalaman hidup individu orang tersebut.

"Sementara ilmu saraf cenderung berfokus pada fungsi mimpi (seperti retensi memori) daripada analisis komparatif antara gambaran dalam mimpi dan isi hari sebelumnya, yang merupakan pendekatan saya untuk menganalisa mimpi," kata Loewenberg.

Terkait mimpi tentang meninggal, dokter tidur dari Yale Medicine, Dr Meir Kryger, mengatakan, mimpi itu sebetulnya sangatlah umum.

Terutama jika mimpi tersebut tentang kematian seseorang yang dekst secara emosional dengan kita.

Umum pula jika mimpi semacam itu ditafsirkan sebagai komunikasi dari seseorang yang sudah meninggal, dan itu tidak mengherankan.

"Kematian memiliki dampak yang besar pada kehidupan sehingga sering masuk ke dalam isi mimpi," katanya.

Sementara Loewenberg mengatakan bahwa bermimpi tentang kematian dapat menandakan akhir dari sesuatu dalam kehidupan nyata.

Namun, akhir itu tidak selalu berarti akhir dari sebuah kehidupan.

"Memimpikan kematian diri sendiri bukanlah sebuah firasat, tetapi lebih merupakan cerminan dari bagaimana kamu menyadari bahwa kehidupan seperti yang sekarang kamu ketahui mungkin akan segera berakhir," katanya.

Untuk itu, mimpi kematian bukanlah hal aneh, terutama jika kamu sedang dalam proses seperti pindah rumah, proses berhenti merokok, hingga proses perubahan karir.

Sedangkan menurut Kuras, tafsir dari mimpi tentang meninggal itu bergantung pada arti gambar-gambar di dalam mimpi terhadap konteks kehidupan nyata dan tantangan yang dihadapi di kehidupan nyata.

"Ini lebih kepada eksplorasi perasaan dan makna bagi orang yang bermimpi dan entah bagaimana terkait dengan "pekerjaan" mengelola hidup dan tantangannya," kata dia.

Namun, lagi-lagi, tidak ada bukti kuat tentang arti mimpi dan kamu harus menafsirkannya dengan cara yang masuk akal bagimu.

Loewnberg menekankan, mimpi adalah proses berpikir.

Semua cerita yang terjadi saat mimpi sebetulnya adalah pikiran alam bawah sadar.

Namun, selama tidur, alih-alih berbicara pada diri sendiri, pemikiran tersebut diterjemahkan ke dalam simbol, metafora dan emosi yang tertuang dalam mimpi.

Sebab, selama tidur REM, pusat pengambilan keputusan di otak, yakni korteks prefrontal, kurang atau tidak aktif, sementara amigdala atau pusat emosi sangat aktif.

Itulah mengapa mimpi bisa sangat menakutkan atau membuat frustrasi, dan menampilkan peristiwa yang seharusnya tidak atau tidak bisa terjadi dalam kehidupan nyata.

"Singkatnya, mimpi adalah percakapan dengan diri sendiri tentang diri kita, tetapi pada tingkat yang lebih dalam, di bawah sadar," kata Loewenberg.

Baca juga: Mengapa Kita Sering Kesulitan Mengingat Mimpi?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNET
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com