Kini, Ai menjabat sebagai Ketua Yayasan Darma Bakti Karya Pangandaran yang menaungi SMK Bakti Karya.
Program kelas multikultural pun mulai dijalankan sejak tahun 2015.
Sekolah ini membiayai anak-anak dari luar daerah. Mereka bisa bersekolah secara gratis, mendapat makan, asrama, buku, hingga tiket pulang pergi ke daerah asal.
Dananya, kata AI, berasal dari banyak pihak yang menjadi donatur. “Saya buat ini bukan untuk gaya-gayaan," kata dia.
"Sederhananya, kalau kita punya duit, rumah, kerjaan, tapi lingkungan kita diskriminatif, enak ga?" sebut Ai.
"Karena saya mencintai istri, anak, dan orang-orang di sekitar saya, makanya saya lakukan ini,” tutur dia.
Kendati berniat mulia, namun bertahan hingga selama ini bukanlah perkara yang mudah bagi Ai dan kawan-kawannya.
Ai pernah dituduh sebagai pemuka agama terselubung, yang lalu ingin menyebar agama tertentu di daerah itu.
Bahkan Ai Nurhidayat pernah dituding sebagai pengikut aliran sesat yang akan membawa siswa-siswa di sekolah tersebut ke dalam kesesatan.
“Ada cerita lucu. Dulu orang Sulawesi nyari SMK Bakti Karya gak ketemu. Nanya ke orang juga gak tahu," kata penerima Satu Indonesia Awards ini.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.