"Mereka tetap bisa berkarya di mana pun berada,” ungkap Ai.
Dengan segala pencapaian itu, keberadaan sekolah multikultural dan para siswanya kian memberi warna tersendiri bagi Pangandaran.
Mereka berbaur dan hidup berdampingan, hingga menginspirasi Ai dan warga untuk mendirikan Kampung Nusantara.
Di kampung tersebut, warga menjadikan rumahnya untuk layanan homestay. Siapa pun yang bertamu ke sekolah bisa menginap di sana dengan biaya seikhlasnya.
Uniknya, homestay itu dihias sedemikian rupa. Ada mural yang menggambarkan Bhinneka Tunggal Ika, hingga beberapa gazebo yang dibuat seperti miniatur rumah adat suku-suku di Indonesia.
Pendapatan dari layanan homestay ini menjadi hak pemilik rumah dan dibagi ke dalam kas RT.
Hasilnya, warga setempat pun menjadi kian terbuka terhadap etnis lain.
“Dulu, ada beberapa warga yang berpandangan negatif terhadap etnis tertentu. Setelah kenal, mereka malah menyukainya."
"Ini juga pembelajaran kelas multikultural, mengenal budaya lain langsung dari orangnya,” kata Ai.
Belum lama ini, Bupati Pangandaran menjadikan Kampung Nusantara sebagai salah satu ikon Pangandaran untuk wisata interaksi budaya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.